Pilihan terapi pada pasien dengan pembesaran prostat jinak sangatlah beragam, mulai dari evaluasi berkala, pengobatan, dan operasi. Beragam teknik yang digunakan untuk mengeluarkan jaringan prostat sehingga prostat tidak mengobstruksi saluran kemih bagian bawah. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai PPJ silahkan membaca artikel kami dengan judul “Apakah normal memiliki gangguan berkemih pada pria usia lanjut?”
Teknik operasi yang paling banyak digunakan untuk menatalaksana PPJ adalah Transurethral resection of prostate (TURP). Pada teknik tersebut, prostat akan di”kerok” dari luar ke dalam dengan menggunakan teropong yang dimasukkan ke saluran kemih bagian bawah. Teknik ini dilakukan secara invasif minimal sehingga tidak ada sayatan bekas luka operasi. Namun di sisi lain, banyak penelitian yang mengatakan bahwa teknik ini menyisakan banyak jaringan prostat sehingga prostat dapat bertumbuh kembali.
Untuk mengatasi kekurangan pada teknik TURP, terdapat teknik operasi lain dengan teknik Transurethral enucleation and resection of prostate (TUERP). Saat ini KSM Urologi RS Universitas Indonesia (RSUI) sudah dapat melakukan operasi PPJ dengan teknik TUERP. Dengan teknik ini, kelenjar prostat akan dipisahkan dari kapsulnya (seperti buah jeruk dan kulitnya) sehingga prostat dapat dikeluarkan secara lengkap sehingga diharapkan akan menurunkan angka pertumbuhan prostat, meningkatkan pancaran berkemih, menurunkan keluhan akibat sumbatan karena prostat, dan menurunkan jumlah perdarahan.
Operasi TUERP juga menggunakan alat berupa teropong sehingga tidak meninggalkan luka. Teropong akan dimasukkan melalui saluran kemih (saat pasien dalam pembiusan), dan mengeluarkan jaringan prostat yang menyebabkan penyumbatan. Operasi ini diindikasikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih berulang, BAK berdarah berulang, batu kandung kemih, penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh penyumbatan akibat PPJ, dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas.
Durasi pengerjaan operasi TUERP sekitar 1-2 jam. Pasien akan dipasang kateter selama 3 hari pasca operasi. Pada hari ketiga, diharapkan kateter sudah dapat dilepas dan pasien dapat menjalani rawat jalan. Meski proses penyembuhan tidak memerlukan waktu yang lama, setelah operasi TUERP, pasien disarankan untuk menghindari kegiatan berat selama 10-14 hari.
Jangan ragu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter di RSUI bila Anda mengalami gangguan berkemih. Sebelumnya, juga dapat buat janji dengan dokter melalui website atau nomor telepon RSUI, sehingga tidak perlu menunggu lama saat sesampainya di rumah sakit.
Referensi:
- Palaniappan S, Kuo TL, Cheng CW, Foo KT. Early outcome of transurethral enucleation and resection of the prostate versus transurethral resection of the prostate. Singapore Med J. 2016;57(12):676-680. doi:10.11622/smedj.2016026
- Xu P, Xu A, Chen B, et al. Bipolar transurethral enucleation and resection of the prostate: Whether it is ready to supersede TURP?. Asian J Urol. 2018;5(1):48-54. doi:10.1016/j.ajur.2017.12.001