Fimosis dan penis mendelep (buried penis) kerap membuat orang tua dan tenaga kesehatan bingung, terutama dalam menentukan terapi terbaiknya. Fimosis diartikan sebagai ketidakmampuan preputium (kulup) untuk ditarik ke belakang glans penis (kepala penis) pada laki-laki yang tidak disunat. Tergantung pada situasinya, kondisi ini dapat dianggap fisiologis (normal) atau patologis (kelainan). Secara fisiologis, atau kongenital, fimosis adalah kondisi normal pada bayi laki-laki yang baru lahir. Dalam 90% kasus, pemisahan alami memungkinkan kulup untuk ditarik pada usia 3 tahun. Namun, fimosis yang bertahan hingga remaja akhir atau dewasa awal belum tentu semuanya abnormal. Di sisi lain, penis mendelep atau buried penis adalah kondisi penis yang berukuran normal, tetapi tersembunyi di bawah kulit perut, paha, atau skrotum (kantung di bawah penis yang menahan buah zakar). Beberapa penyebab paling umum adanya penis mendelep termasuk: 1) Kelainan saat lahir: Ligamen yang menempelkan penis ke struktur di bawahnya mungkin lebih lemah dari biasanya, 2) Obesitas berat: Kelebihan lemak di sekitar perut dan area genital dapat membuat penis tampak tersembunyi, dan 3) Limfedema: Pembengkakan di sekitar area skrotum karena pengumpulan cairan getah bening dapat menyebabkan penis terkubur di dalam jaringan. Bukti telah menunjukkan, bagaimanapun, bahwa resolusi spontan tidak selalu terjadi. Juga, pada pria dan remaja, langkah-langkah seperti diet dan olahraga tidak mungkin efektif.
Fimosis pada umumnya dapat diterapi dengan pengobatan atau sirkumsisi (sunat), beberapa gejala yang membutuhkan sirkumsisi seperti iritasi kulit, infeksi saluran kemih berulang, nyeri berkemih, perdarahan, dan kadang-kadang enuresis atau sulit berkemih. Pada kondisi ISK berulang, seorang anak bahkan dapat terhambat pertumbuhan dan kenaikan berat badannya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai indikasi sirkumsisi, silahkan membeca artikel kami dengan judul “Sirkumsisi: Kapan Harus dan Kapan Jangan” (hiperlink). Di sisi lain, untuk kelainan penis mendelep, tidak disarankan untuk dilakukan sirkumsisi secara konvensional melainkan perlu untuk dilakukan rekonstruksi. Hal ini dikarenakan perlunya “membebaskan” semua ligamen sekitar penis supaya penis “bebas” dari penarikan. Pada kasus tertentu, lemak sekitar penis juga perlu dikurangi/dibuang agar penis tidak terkubur. Tampilan pasca-operasi rekonstruksi penis mendelep serupa dengan tampilan pasca-sirkumsisi, sehingga seseorang tidak perlu dilakukan sirkumsisi kembali di kemudian hari
Terakhir, jangan ragu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter Urologi di RSUI bila Anda atau keluarga Anda memiliki fimosis atau buried penis. Sebelumnya, juga dapat buat janji dengan dokter melalui website atau nomor telepon RSUI, sehingga tidak perlu menunggu lama saat sesampainya di rumah sakit.
Referensi:
- [Guideline] American Urological Association. Circumcision. auanet.org. Available at http://www.auanet.org/guidelines/circumcision. May 2017 (revised); Accessed: October 29, 2022.
- [Guideline] American Academy of Pediatrics Task Force on Circumcision. Male circumcision. Pediatrics. 2012 Sep. 130 (3):e756-85.