(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Ragam Operasi Batu Saluran Kemih dengan Teknik Minimal Invasif

Di Indonesia, penyakit batu saluran kemih (BSK) masih menduduki kasus tersering di antara seluruh kasus di bidang Urologi. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, prevalensi penyakit BSK sekitar 0,6 % di Indonesia (0,8 % di Jawa Barat) dengan proporsi di rentang usia 55–64 tahun, laki-laki, dan tingkat pendidikan yang rendah masing-masing 1,3 %, 0,8 % dan 0,8 %.1 Menurut Badan Pusat Statistik Kota Depok tahun 2018, populasi Kota Depok sekitar 2,33 juta jiwa dengan 15,65 % usia >50 tahun atau sekitar 364.000 jiwa, yang berarti ada sekitar 29.120 kasus BSK tiap tahunnya.

Penyakit Batu Saluran Kemih

Penyakit BSK didefinisikan sebagai pembentukan batu di saluran kemih yang meliputi batu di ginjal, saluran kemih bagian atas (ureter), kandung kemih (buli), dan saluran kemih bagian bawah (uretra). BSK terjadi karena adanya pengendapan mineral (kristal) yang terdapat di urin dan seiring berjalannya waktu kristal berkumpul sehingga menjadi batu.

Faktor risiko terjadinya pembentukan batu antara lain, terjadinya BSK di usia muda, faktor keturunan, batu asam urat, batu akibat infeksi, hiperparatiroidisme, sindrom metabolik, dan obat-obatan. Sekitar 50% pasien dengan riwayat BSK dapat terjadi kekambuhan setidaknya 1 kali dalam seumur hidup. 

Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih

Terapi BSK beragam, mulai dari terapi agar batu dapat keluar secara spontan sampai tindakan pembedahan. Operasi batu pertama yang didokumentasikan adalah operasi terbuka untuk batu kandung kemih yang berasal dari peradaban India, Cina, dan Yunani kuno. Seiring waktu, kemajuan ilmu kedokteran, peralatan medis, sumber energi, pencitraan, dan teknik anestesi telah menghasilkan berbagai pilihan tatalaksana BSK yang minim bahkan tanpa sayatan (minimal invasive). Pilihan tatalaksana tersebut antara lain lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal (extracorporeal shock wave lithotripsy /ESWL), ureteroskopi (URS), retrograde intrarenal surgery (RIRS), dan percutaneous nephrolithotomy (PCNL).4 Dengan kemajuan teknologi, operasi minimal invasif untuk penyakit batu telah semakin sempurna sehingga menghasilkan sedikit morbiditas, peningkatan keberhasilan tindakan, dan angka bebas batu (stone free rate). 

  • Tindakan ESWL, merupakan tindakan yang menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan batu dari luar tubuh. ESWL adalah terapi batu yang benar-benar non-invasif dan direkomendasikan untuk pasien dengan anatomi normal yang memiliki batu ginjal kurang dari 2 cm dengan konisistensi batu yang lunak. Terapi ini tidak disarankan untuk pasien hamil, obesitas, memiliki kelainan pembuluh darah ginjal atau aneurisma pembuluh darah besar, gangguan pembekuan darah, infeksi saluran kemih, atau memiliki sumbatan di area sekitar batu.

  • Tindakan URS, merupakan suatu tindakan memasukkan teropong ke ureter dan ginjal untuk menghancurkan batu. Tindakan ini tidak ada sayatan dan jahitan. Selama 30 tahun terakhir, kemajuan teknologi telah menghasilkan endoskopi fleksibel yang lebih kecil, dapat dibelokkan secara aktif (kemampuan untuk ditekuk hingga 275o), sehingga dapat mencapai ke ruang-ruang di ginjal. Teknologi ini dikombinasikan dengan laser dan berbagai perangkat pengambilan batu menghasilkan presisi yang tinggi dan meningkatkan keberhasilan tindakan. Saat ini, URS adalah terapi yang direkomendasikan untuk batu ureter semua ukuran dan batu ginjal < 2 cm. Tindakan ini terbukti memiliki angka komplikasi rendah dan tingkat keberhasilan yang tinggi.

  • Tindakan PCNL, teropong dimasukkan melalui luka yang kecil (1,5–2 cm) di daerah pinggang untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu. Tindakan ini direkomendasikan untuk pasien dengan batu cetak dan batu ginjal ukuran > 2 cm. Pasien pada umumnya hanya memerlukan perawatan di rumah sakit 1 sampai 2 hari setelah operasi dengan tingkat nyeri yang minimal. Pasien dapat kembali bekerja 1 sampai 2 minggu setelah operasi.

Kemajuan teknologi tatalaksana BSK telah membuat tatalaksana yang minimal invasive lebih aman dan efisien sehingga dapat meningkatkan angka bebas batu dan menurunkan morbiditas. URS merupakan terapi yang paling versatile dari 3 pilihan karena dapat digunakan untuk sebagian besar pasien. 

Penutup

Berbagai pilihan tatalaksana BSK baik terapi non-invasive maupun minimal invasive dapat dilakukan berdasarkan kondisi umum pasien, karakteristik batu saluran kemih itu sendiri, dan alat yang tersedia di fasilitas kesehatan. Segera konsultasikan keluhan Anda ke dokter Urologi di Rumah Sakit Universitas Indonesia agar mendapatkan terapi BSK yang optimal dan komprehensif.

Referensi: 

  1. Trinchieri A. Epidemiology of urolithiasis: an update. Clin Cases Miner Bone Metab. 2008;5:101-6. 

  2. Hesse A, Brändle E, Wilbert D, Köhrmann KU,  Alken P. Study on the prevalence and incidence of urolithiasis in German comparing the years 1979 vs. 2000. Eur Urol. 2003;44:709-13. 

  3. Strohmaier, W.L. Course of calcium stone disease without treatment. What can we expect? Eur Urol. 2000;37:339-44.

  4. Rodríguez D, Sacco DE. Minimally invasive surgical treatment for kidney stone disease. Adv Chronic Kidney Dis. 2015;22:266-72.

  5. Pearle MS, Calhoun EA, Curhan GC, Urologic Diseases in America Project. Urologic diseases in America project: urolithiasis. J Urol. 2005;173:848-57.

  6. Elashry OM, Elgamasy AK, Sabaa MA, Abo‐Elenien M, Omar MA, Eltatawy HH, et al. Ureteroscopic management of lower ureteric calculi: a 15-year single-centre experience. BJU Int. 2008;102:1010-7.