CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) atau dialisis peritoneal merupakan salah satu metode cuci darah yang dilakukan melalui rongga perut atau peritoneum dan bisa dilakukan di rumah. Pada metode ini memanfaatkan membran peritoneal (dalam rongga perut) yang digunakan sebagai filter untuk membuang limbah sisa metabolisme, zat toksin (racun) serta kelebihan cairan dalam tubuh. Proses CAPD dilakukan dengan memasukkan cairan dialisat (dianeal) ke dalam rongga peritoneum melalui kateter PD yang sering disebut kateter tenckhoff. Kateter ini berupa selang kecil dan lunak yang dimasukkan ke rongga peritoneum melalui prosedur pembedahan. Selanjutnya larutan dianeal akan dimasukkan ke rongga peritoneal melalui kateter tenckhoff sehingga terjadi proses dialisis. Prosesnya sekitar 30-40 menit dan dilakukan 3-4 kali sehari tergantung peresepan oleh nefrologist. Namun, di Indonesia terapi CAPD masih belum populer ketimbang modalitas terapi pengganti ginjal lain seperti cuci darah atau hemodialisis. Padahal CAPD termasuk salah satu terapi pengganti ginjal yang bisa dilakukan secara mandiri, fleksibel, serta dapat mempertahankan fungsi ginjal lebih lama karena terapi ini lebih menyerupai fungsi ginjal. Banyak mitos yang berkembang seputar CAPD yang menyebabkan awam menjadi enggan memilih modalitas terapi ini. Berikut mitos dan fakta seputar peritoneal dialysis/dialisis peritoneal.
Mitos:
Cuci darah itu menyakitkan
Fakta:
Faktanya dalam dialisis peritoneal tidak memerlukan penggunaan jarum seperti di hemodialisis. CAPD relatif aman dari efek samping baik terkait hemodinamik (tekanan darah, denyut jantung/nadi) maupun keluhan lainnya karena tidak seperti hemodialisis dimana penarikan cairan dalam jumlah banyak dengan waktu singkat. CAPD lebih menyerupai fungsi ginjal, dimana kita tahu bahwa ginjal berfungsi selama 24 jam berbeda pada HD dimana fungsi ginjal dilakukan 1-3 kali dalam sepekan selama 5 jam atau lebih. Pada CAPD prinsip kerja ginjal yang dilakukan terus menerus itu lah yang diterapkan.
Mitos:
Infeksi sering terjadi pada CAPD
Fakta:
Salah. Infeksi peritoneum (peritonitis) adalah infeksi yang sering terjadi pada pasien CAPD apabila tidak melakukan hand washing (cuci tangan) dan training prosedur CAPD dengan benar. Bila infeksi terjadi, dapat diatasi dengan penggunaan antibiotik. Faktanya pada pasien CAPD risiko infeksi aliran darah dikatakan lebih rendah dibanding orang dengan hemodialisis.1
Mitos:
CAPD sangat menghabiskan waktu
Fakta:
CAPD adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang direkomendasikan pada orang yang masih ingin aktif bepergian bahkan bekerja. CAPD adalah terapi yang bisa disesuaikan dengan gaya hidup dan dapat dilakukan dimana saja. Tidak seperti pasien yang menjalani terapi hemodialisis di rumah sakit atau pusat dialisis, pasien CAPD tidak perlu pergi ke unit dialisis untuk menjalani terapi sehingga memungkinkan untuk menjalani aktivitas normal. Pun tiap sesi CAPD hanya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit dengan selang waktu 4-6 jam, bahkan di malam hari sesi waktu per dialisis yang dibutuhkan lebih panjang.
Mitos:
Orang yang obesitas atau kelebihan berat badan tidak dapat memilih opsi terapi CAPD
Fakta:
Obesitas adalah kontraindikasi relatif dalam CAPD. Bukan berarti jika seseorang dengan obesitas atau kelebihan berat badan maka tidak bisa memilih opsi CAPD. Namun, memang obesitas memiliki komplikasi metabolik yang lebih besar, klirens ureum yang mungkin lebih rendah, hernia, maupun peritonitis. Terpenting untuk tetap menjaga kebersihan tangan dan kebersihan selama proses CAPD.
Mitos:
CAPD bukan merupakan opsi untuk orang lanjut usia (lansia)
Fakta:
Salah. Tidak ada batasan umur untuk terapi CAPD. Lansia dapat melakukan CAPD dengan bantuan orang lain baik keluarga maupun care giver (pengasuh atau orang yang membantu proses CAPD) yang sebelumnya sudah melalui proses pelatihan CAPD oleh perawat CAPD. Perawat CAPD akan benar-benar memastikan bahwa care giver benar-benar bisa memahami dan mempraktekkan prosedur CAPD di rumah.
Mitos:
Jika memilih CAPD maka tidak bisa berenang maupun mandi
Fakta:
Tidak masalah mandi maupun berenang apabila Anda memilih opsi terapi CAPD. Bahkan mandi dan menjaga higienitas sangat diwajibkan bagi pasien CAPD. Pun berenang tidak menjadi masalah, berenang adalah salah satu olahraga yang baik bagi pasien gagal ginjal. Namun, baik mandi maupun berenang dapat dilakukan dalam kondisi kulit sekitar yang terpasang kateter benar-benar sudah pulih (biasanya pada pasien yang baru dipasang kateter tenckhoff). Terpenting seusai mandi, berenang atau kegiatan yang menyebabkan area kateter basah, harus selalu keringkan dan bersihkan area ini.
Mitos:
CAPD tidak bisa memiliki hewan peliharaan
Fakta:
Anda penyuka bintang? Jangan khawatir apabila memilih CAPD sebagai terapi pengganti ginjal. Memang dalam prosesnya, hewan peliharaan tidak diperbolehkan masuk ke ruangan atau tempat dimana Anda akan melakukan proses penggantian cairan atau membersihkan area CAPD, tapi Anda tetap bisa memiliki hewan peliharaan. Asalkan tetap dijaga kebersihan ruangan CAPD maupun higienitas diri sendiri.
Mitos:
CAPD membutuhkan tempat yang banyak di rumah
Fakta:
Salah. Faktanya ruangan yang diperlukan untuk penggantian cairan CAPD tidak perlu yang besar tapi yang penting bersih. Pun cairan dianeal dapat ditempatkan dimana saja asalkan di tempat yang bersih dengan suhu ruangan.
Pada akhirnya, pilihan terapi pengganti ginjal yang sesuai tetap didasarkan pada keputusan pasien. Namun, pasien berhak mengetahui informasi yang benar perihal terapi pengganti ginjal yang akan dipilihnya termasuk didalamnya yakni dialisis peritoneal. Banyak informasi simpang siur perihal CAPD ini sendiri sebab CAPD bukanlah terapi pengganti ginjal populer di Indonesia. Padahal dialisis peritoneal memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik pada periode awal pasien terkena penyakit ginjal kronik. Pasien CAPD juga dapat hidup lebih nyaman karena memiliki kontrol gejala, kualitas tidur yang lebih baik dan diet yang lebih bebas dibandingkan pasien hemodialisis. Terpenting, pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa harus meluangkan waktu ke unit dialisis. Pemaparan mitos dan fakta tentang CAPD ini diharapkan dapat meluruskan tentang pemahaman yang mungkin sebelumnya keliru perihal dialisis peritoneal.
Referensi:
Wang IK, Chang YC, Liang CC, Chuang FR, Chang CT, Lin HH, Lin CC, Yen TH, Lin PC, Chou CY, Huang CC, Tsai WC, Chen JH. Bacteremia in hemodialysis and peritoneal dialysis patients. Intern Med. 2012;51(9):1015-21. doi: 10.2169/internalmedicine.51.7111. Epub 2012 Apr 29. PMID: 22576379.