Definisi
Buta merupakan bagian dari gangguan penglihatan. Berdasarkan definisi WHO, kebutaan adalah kondisi dimana seseorang tidak bisa melihat objek dari jarak 3 meter atau bahkan hingga tidak bisa melihat cahaya. Di seluruh dunia, setidaknya ada 43 juta orang mengalami kebutaan. Jumlah kasus gangguan penglihatan terbesar (buta dan gangguan penglihatan berat-sedang) lebih banyak di negara-negara dengan pendapatan rendah menengah dibandingkan negara maju. Sekitar 90% dari gangguan penglihatan ini dapat diobati maupun dicegah.
Penyebab
Penyebab utama dari kebutaan di seluruh dunia maupun di Indonesia adalah katarak. Secara garis besar, kebutaan dapat terjadi pada beberapa keadaan, antara lain:
- masalah pada organ mata karena proses penuaan misalnya katarak, glaukoma, dan degenerasi makula.
- gangguan saraf mata (retina) akibat komplikasi diabetes.
- gangguan refraksi yang tidak dikoreksi.
- infeksi atau peradangan pada mata yang mengganggu struktur maupun fungsi bola mata.
- trauma pada mata yang merusak struktur dan anatomi mata.
Kebutaan juga berkaitan erat dengan beberapa kondisi penyakit lain seperti diabetes dan hipertensi. Beberapa penyebab dari kebutaan dapat diobati dan dicegah sebelum menimbulkan kebutaan. Seiring bertambahnya usia, semakin banyak orang mengalami gangguan penglihatan atau kebutaan. Sebagian besar orang dengan kebutaan berusia lebih dari 50 tahun, walaupun kebutaan dapat menyerang semua kalangan usia.
Tanda dan Gejala
Gejala gangguan penglihatan biasanya dimulai dengan penglihatan buram yang dapat terjadi perlahan maupun mendadak. Mata merah dan nyeri juga merupakan tanda adanya masalah yang perlu dievaluasi untuk mencegah perburukan yang dapat berakibat gangguan penglihatan. Pada katarak, keluhan pandangan buram seperti tertutup awan, terjadi pada usia di atas 50 tahun, silau dan kesulitan melihat pada malam hari. Pada glaukoma, terdapat penurunan lapang pandang yang terkadang disertai mata merah dan nyeri. Sedangkan pada retinopati diabetik, gejalanya berupa penurunan tajam penglihatan perlahan maupun mendadak pada pasien diabetes melitus dan melihat bayangan benda kecil seperti titik atau garis yang melayang (floaters).
WHO mengklasifikasikan kebutaan menjadi kehilangan penglihatan total dan hampir total. Kebutaan total ditandai dengan ketidakmampuan melihat apapun termasuk cahaya. Kebutaan hampir total ditandai dengan kemampuan melihat sebatas menghitung jari dari jarak beberapa meter, gerakan tangan, melihat cahaya, atau keterbatasan lapang pandang hanya di tengah saja.
Tata Laksana
Untuk memastikan diagnosis kebutaan, dokter mata akan melakukan pemeriksaan mata menyeluruh untuk menentukan penyebab kebutaan yang dialami pasien. Dokter mata akan melakukan serangkaian tes yang mengukur tajam penglihatan, keadaan struktur bola mata dan reaksi pupil terhadap cahaya.
Tata laksana penurunan penglihatan disesuaikan dengan penyebab utama dari keluhan tersebut. Dalam beberapa kasus, seperti katarak atau glaukoma yang disertai berkurangnya penglihatan, dapat dilakukan operasi sehingga dapat meningkatkan tajam penglihatan hingga kualitas hidup. Pada kebutaan parsial yang mengganggu penglihatan, beberapa tata laksana seperti kacamata, lensa kontak, operasi, dan pengobatan dapat membantu memulihkan penglihatan.
Pencegahan
Mencegah kehilangan penglihatan salah satunya dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara teratur. Jika pasien mendapat diagnosis kondisi mata tertentu seperti glaukoma, pengobatan dapat membantu mencegah kebutaan.
Anak-anak sangat direkomendasikan untuk menjalani kesehatan mata pada saat memasuki usia sekolah dasar. Pada anak-anak yang mengalami gangguan refraksi, kacamata atau alat bantu penglihatan lainnya harus digunakan sepanjang aktivitas sehari-hari agar tidak terjadi risiko penurunan potensi tajam penglihatan (ambliopia).
Hindari faktor risiko penyakit yang mendasari atau berkaitan dengan kebutaan dengan melakukan pola hidup sehat yaitu olahraga rutin, tidak merokok, serta makan makanan bergizi seimbang. Dapat juga mengonsumsi vitamin dan antioksidan lainnya dan menghindari konsumsi obat diluar rekomendasi dokter dalam jangka panjang. Apabila Anda atau keluarga membutuhkan informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Daftar Pustaka:
- Vashist, P., Senjam, S. S., Gupta, V., Gupta, N., & Kumar, A. (2017). Definition of blindness under National Programme for Control of Blindness: Do we need to revise it? In Indian Journal of Ophthalmology (Vol. 65, pp. 92–96). Medknow Publications
- Özkan Aksoy, N., Bursali, Ö., Çakir, B., Doğan, E., Çelik, E., & Alagöz, G. (2021). The etiology of unilateral and bilateral blindness in the elderly and the differences by gender. Turk Geriatri Dergisi, 24(2), 196–203. https://doi.org/10.31086/TJGERI.2021.215
- Sari, S. P., & Ariesti, A. (2019). A CASE OF LENS SUBLUXATION IN EXFOLIATIVE GLAUCOMA. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 773. https://doi.org/10.25077/jka.v8i3.1069
- Wibawa, I. M. S., Budhiastra, P., & Susila, N. K. N. (2018). Karakteristik Pasien Retinopati Diabetik di Rumah Sakit Umum Pusat Sangglah Denpasar Periode April 2016 - April 2017. E-Jurnal Medika, 7(11), 6–11.
- Chaudhry, S., Dunn, H., Carnt, N., & White, A. (2022, July 1). Nutritional supplementation in the prevention and treatment of glaucoma. Survey of Ophthalmology. Elsevier Inc.
- Prokofyeva, E., Wegener, A., & Zrenner, E. (2013, August). Cataract prevalence and prevention in Europe: A literature review. Acta Ophthalmologica. https://doi.org/10.1111/j.1755-3768.2012.02444.x
- Gruss, S. M., Nhim, K., Gregg, E., Bell, M., Luman, E., & Albright, A. (2019, September 1). Public Health Approaches to Type 2 Diabetes Prevention: the US National Diabetes Prevention Program and Beyond. Current Diabetes Reports. Current Medicine Group LLC 1. https://doi.org/10.1007/s11892-019-1200-z