(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Gangguan Afektif Bipolar

Definisi

Gangguan afektif bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya perubahan signifikan pada suasana perasaan (mood) seseorang. Suasana perasaan merupakan perasaan yang menetap sepanjang hari atau hampir sepanjang hari, dan bukan emosi yang hanya beberapa saat dirasakan oleh seseorang. Gangguan afektif bipolar ditandai dengan adanya episode mood elevasi, depresi, atau keduanya yang dapat menyebabkan penderitaan dan mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Gangguan afektif bipolar dikelompokkan menjadi gangguan bipolar I bila seseorang mengalami episode depresi dan episode mania (elevasi perasaan berlebihan hingga tidak dapat melakukan kegiatan dengan produktif) dan gangguan bipolar II bila seseorang mengalami episode depresi dan episode hipomania (elevasi perasaan namun masih mampu melakukan kegiatan produktif). Sebanyak 46 juta orang dilaporkan mengalami gangguan afektif bipolar di seluruh dunia.

Penyebab

Tidak diketahui penyebab pasti gangguan afektif bipolar, akan tetapi faktor genetik dan zat-zat kimia otak dikatakan berperan dalam terbentuknya gangguan ini. Menurut penelitian, meskipun tidak ada gen tertentu yang secara jelas membedakan orang dengan gangguan afektif bipolar, gangguan ini dapat diturunkan oleh anggota keluarga baik anggota keluarga langsung seperti orang tua ke anak, maupun tidak langsung antar anggota keluarga lain. Selain itu, ditemukan juga adanya ketidakseimbangan pada zat kimia di otak yang berfungsi untuk mentransmisi impuls saraf. Ketidakseimbangan ini yang membuat pola pikir dan suasana perasaan seseorang mengalami gangguan. 

Faktor Risiko

Faktor risiko gangguan afektif bipolar adalah sebagai berikut:

  1. Pola asuh orang tua/pelaku rawat yang kurang adekuat

Orang tua atau pelaku rawat merupakan lingkungan yang penting untuk perkembangan seseorang. Kecenderungan sikap yang keras atau acuh tak acuh secara emosional dapat memengaruhi pola pikir, perasaan, dan kemampuan relasi seseorang. Hal ini selain dapat menjadi faktor risiko gangguan afektif bipolar, juga memengaruhi terbentuknya gangguan jiwa yang lain.

  1. Stres psikologis

Stres dalam kehidupan yaitu kehilangan seseorang yang disayang, kesulitan ekonomi, dan kegagalan yang dialami dapat memengaruhi perjalanan dan pemulihan gangguan afektif bipolar. Peristiwa yang terjadi dalam hidup seseorang dapat bersifat traumatik dan mengubah pola pikir serta perasaan yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan pada zat kimia otak.

  1. Penyalahgunaan zat

Penyalahgunaan zat dipercaya dapat mengubah keseimbangan zat kimia otak yang berkontribusi untuk menjaga kestabilan suasana perasaan seseorang. Perubahan zat kimia ini dapat menyebabkan munculnya peningkatan maupun penurunan suasana perasaan yang berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.

Diagnosis

Seseorang dapat terdiagnosis gangguan afektif bipolar apabila ia mengalami setidaknya satu kali episode mania atau hipomania. Mania ditandai dengan adanya mood yang meningkat, ekspansif, atau mudah marah setidaknya satu minggu dan dirasakan sepanjang hari dan hampir setiap hari. Untuk hipomania, peningkatan mood terjadi setidaknya 4 hari berturut-turut dan dirasakan sepanjang hari dan hampir setiap hari. Pada periode ini, setidaknya tiga atau lebih terdapat gejala di bawah ini:

  1. Peningkatan kepercayaan dan nilai diri atau grandiositas
  2. Penurunan kebutuhan tidur
  3. Bicara lebih banyak dari biasanya, atau terdapat desakan untuk terus berbicara
  4. Loncatan gagasan atau pengalaman subyektif adanya pikiran yang berlomba
  5. Mudah terdistraksi
  6. Meningkatnya aktivitas bertujuan atau peningkatan gerakan yang kurang bertujuan. 
  7. Peningkatan aktivitas yang berisiko merugikan diri (belanja berlebihan, perilaku seksual yang berlebihan)

Gangguan afektif bipolar juga ditandai dengan episode depresi mayor yaitu penurunan mood dan hilangnya minat dan kesenangan pada kehidupan. Untuk menegakkan diagnosis, setidaknya terdapat 3 atau lebih gejala berikut dalam kurun waktu 2 minggu:

  1. Mood depresif sepanjang hari, hampir setiap hari
  2. Hilangnya minat atau kepuasan terhadap seluruh atau hampir seluruh aktivitas
  3. Perubahan berat badan yang signifikan, sebagai hasil dari peningkatan atau penurunan nafsu makan
  4. Penurunan atau peningkatan tidur yang signifikan
  5. Peningkatan gerakan tidak bertujuan atau penurunan gerak tubuh
  6. Rasa bersalah atau tidak berdaya
  7. Mudah lelah atau hilangnya energi
  8. Penurunan kemampuan berpikir, konsentrasi, atau kesulitan dalam memutuskan sesuatu
  9. Terdapat pikiran tentang kematian, keinginan, atau upaya untuk mengakhiri hidup.

Tanda dan Gejala

Mengacu pada kriteria diagnosis di atas, gangguan afektif bipolar ditandai dengan adanya episode mania yang dapat disertai ataupun tidak disertai episode depresi. Episode mania dan depresi yang dialami mengganggu pikiran dan perilaku seseorang secara signifikan. Ketika mengalami episode mania, seseorang cenderung mengalami euforia, perasaan yang meluap-luap, dan semangat yang tinggi. Seringkali muncul optimisme berlebihan, pikiran bahwa diri sangat superior, dan rasa percaya diri yang sangat tinggi. Tampak pula perilaku yang sembrono yang berdampak pada konsekuensi yang merugikan seperti berbelanja, mengonsumsi zat psikoaktif, perilaku seksual yang berlebihan, kebut-kebutan dan perilaku lainnya yang dapat membahayakan jiwa.

Ketika seseorang mengalami episode depresi, sangat terlihat perbedaannya dari episode mania, yaitu perasaan sedih, tidak bersemangat, hilangnya minat pada aktivitas sehari-hari yang sebelumnya mampu memunculkan kepuasan atau perasaan senang. Tampak juga pikiran bahwa diri tidak berharga, tidak berdaya, dan muncul rasa bersalah. Perilaku menghindari aktivitas sosial, tidak menjalani kegiatan sehari-hari, bahkan menurunnya aktivitas untuk merawat diri terlihat bila seseorang mengalami episode ini. Keinginan dan dorongan untuk menyakiti serta mengakhiri hidup merupakan gejala pada episode depresi. Hal ini sangat berbahaya dan perlu diwaspadai.

Tata Laksana

Tata laksana yang adekuat sangat membantu dalam mengatasi orang dengan gangguan afektif bipolar untuk mengontrol perubahan mood, mengontrol emosi, dan keinginan untuk menyakiti atau mengakhiri hidup. Gangguan afektif bipolar merupakan gangguan yang kronis, sehingga penanganannya butuh komitmen dan kontinuitas yang baik. Bila tidak ditangani segera, gejala yang dialami akan semakin parah dan tidak mudah untuk diatasi. Tata laksana untuk gangguan afektif bipolar terdiri dari medikasi, psikoterapi, dan psikoedukasi.

  1. Medikasi

Pada gangguan afektif bipolar medikasi yang diberikan adalah mood-stabilizers dan antipsikotik yang bertujuan untuk mengontrol emosi dan menjaga kestabilan mood. Medikasi yang diberikan beragam, tergantung dari episode dan gejala yang dialami, Pemberian medikasi perlu pengawasan psikiater, baik penurunan dan peningkatan dosis obat.

  1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan modalitas tata laksana yang dilakukan bersamaan dengan pemberian medikasi. Psikoterapi bertujuan memberikan rasa nyaman dan melatih seseorang untuk mampu mengatasi perubahan mood yang dialaminya. Psikiater akan membantu mengatasi perasaan tidak nyaman dengan mendiskusikan pikiran dan perasaan yang terasa mengganggu. Diharapkan orang dengan gangguan afektif bipolar akan membentuk pola pikir dan kemampuan mengatasi masalah yang lebih baik.

  1. Psikoedukasi

Psikoedukasi adalah suatu intervensi yang terstruktur dalam memberikan informasi terkait gangguan dan terapi pada orang dengan gangguan afektif bipolar dan keluarga. Dengan mengintegrasikan aspek emosional dan motivasional, diharapkan dapat mengatasi gangguan yang dialami agar taat terhadap program tata laksana. Motivasi dan ketaatan yang baik dapat memberikan luaran yang baik pula pada efektivitas terapi sehingga gejala akan menurun dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Kapan Perlu ke Dokter?

Jika Anda mengalami atau mengetahui orang yang mengalami gejala gangguan afektif bipolar yang disebutkan di atas, sebaiknya konsultasi ke psikiater untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Jika terdapat pikiran, keinginan, upaya menyakiti diri atau mengakhiri hidup segeralah datang ke fasilitas kesehatan manapun untuk mendapatkan pertolongan darurat.

 

Referensi

  1. Hilty DM, Leamon MH, Lim RF, Kelly RH, Hales RE. 2006. A review of bipolar disorder in adults. Psychiatry (Edgmont) [Internet]. Diakses tanggal 23 September 2021. Diunduh dari: https://pmc/articles/PMC2963467/
  2. Sadock B, Sadock V, editors. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition. 9th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
  3. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM V). Arlington. 2013.
  4. Calabrese JR, Hirschfeld RMA, Frye MA, Reed ML. 2004. Impact of depressive symptoms compared with manic symptoms in bipolar disorder: sesults of a U.S. community-based sample. The Journal of Clinical Psychiatry [Internet]. Diakses tanggal 24 September 2021. Diunduh dari: https://www.psychiatrist.com/jcp/bipolar/impact-depressive-symptoms-compared-manic-symptoms
  5. Geddes JR, Miklowitz DJ. 2013. Treatment of bipolar disorder. Lancet [Internet]. Diakses tanggal 23 September 2021. Diunduh dari: https://pmc/articles/PMC3876031

Sumber foto: canva.com