(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Awam Bicara Sehat : Cintai Paru Kita dan Ketahui Cara Mencegah Pneumonia

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian terbesar pada orang dewasa dan anak-anak. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, dan jamur. Menurut penelitian, beberapa jenis kuman seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, serta virus pernapasan seperti virus penyebab pilek, flu, dan COVID-19 banyak ditemukan pada orang dewasa atau lansia berusia 65 tahun ke atas dengan pneumonia (APSR, 2021; Healthline, 2017).  Penyakit pneumonia merenggut nyawa 2,5 juta pada 2019, termasuk 672.000 anak-anak. Meningkatkan upaya pencegahan pneumonia dapat mencegah hampir sembilan juta kematian anak akibat pneumonia dan penyakit utama lainnya pada tahun 2030. 

Diharapkan melalui penyelenggaraan Seminar Awam Bicara Sehat ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan organ pernapasan dan pencegahan pneumonia. Seminar ini dimoderatori oleh Siti Nur Latifah, SKM yang merupakan Staf Promosi Kesehatan di RSUI.

Narasumber pertama dalam Bicara Sehat ini yaitu dr. Rania Imaniar, Sp. P yang merupakan seorang dokter spesialis Paru di RSUI. Dokter Rania membawakan materi dengan tema “Kenali Pneumonia dan Cara Pencegahannya”. Dokter Rania mengawali materi dengan menjelaskan terkait apa itu penyakit pneumonia, yaitu penyakit yang menyerang paru-paru manusia yang dapat disebabkan oleh berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, dan jamur. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang dapat terkena penyakit pneumonia, yaitu memiliki riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit kronik seperti PPOK, asma, gagal jantung serta kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi mukus dari mulut dan hidung, dan penyakit yang dapat melemahkan sistem imun tubuh. Pasien yang telah mengalami splenektomi (pengangkatan limpa) juga memiliki faktor risiko penyakit ini. Tidak hanya hal tersebut, kebersihan mulut dan gigi yang buruk, kontak erat dengan binatang tertentu (seperti burung merpati), menggunakan produk tembakau (terutama produk yang dihisap), bepergian ke daerah tertentu, dan usia lebih dari 65 tahun.

Tanda dan gejala pneumonia dapat berpengaruh ke organ lainnya di seluruh tubuh ataupun hanya dirasakan di satu organ saja. Adapun tanda gejala yang timbul diantaranya : sakit kepala, jantung berdebar, mual atau muntah, kulit yang mengalami perubahan warna menjadi biru dan bahkan bisa menghilangkan nafsu makan serta mempengaruhi mood dari penderita. Dignosis pneumonia bisa dilakukan dari tanda gejala yang timbul tersebut, serta dapat juga dilakukan pemeriksaan fisis seperti: foto toraks atau CT scan, kondisi dahak, pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan pleura dan bronkoskopi.

Pengobatan untuk pasien pneumonia dapat dilakukan dilihat dari penyebab dan ada tidaknya komorbid pada pasien tersebut. Setelah diketahui hal itu, maka dapat ditentukan cara pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan yang biasa dilakukan oleh pasien pneumonia, yakni melalui pemberian obat (antibiotik, antivirus, antijamur), terapi oksigen, ventilasi mekanis, dan pungsi pleura.  Untuk pasien yang menjalani rawat jalan atau melakukan perawatan dari rumah, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya banyak istirahat, makan makanan yang bergizi, minum yang cukup, belajar batuk yang benar, jangan minum alkohol dan konsumsi tembakau, bila ada sakit tenggorokan kumur dengan air garam 3-4x dalam sehari, dan Jangan minum obat tanpa resep dokter. Diakhir sesinya, Dokter Rania juga memberikan cara mencegah pneumonia kepada peserta Bicara Sehat, dengan menghindari faktor resiko, melakukan pemeriksaan gigi teratur, menjaga kebersihan dan mencuci tangan dengan sabun dan air. Terakhir dokter Rania juga merekomendasikan untuk melakukan vaksin pneumonia untuk usia 65 tahun ke atas dan usia 19-65 tahun yang menerima terapi kanker, penyakit paru kronik, atau kondisi lain yang dapat melemahkan sistem imun.

Narasumber kedua yaitu Dr. dr. Alvina Widhani, Sp.PD-KAI yakni seorang dokter spesialis penyakit dalam RSUI. Dokter Alvina membawakan materi dengan tema “Vaksin Pneumonia pada Lansia, Seberapa Pentingkah?”. Dokter Alvina membuka sesi kedua ini dengan memberikan informasi penyebab seseorang terinfeksi penyakit pneumonia. Seperti yang sudah dijelaskan juga sebelumnya, penyebab dari penyakit ini yaitu pathogen, karakteristik individu, dan juga faktor lingkungan. Pada kesempatan ini, dokter Alvina juga menekankan faktor kekebalan tubuh sangat berpengaruh terhadap seseorang dapat terjangkit penyakit pneumonia atau tidak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh yaitu dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan membentuk antibodi sehingga tubuh memiliki kesiapan untuk menangkal bakteri atau virus yang akan masuk ke dalam tubuh. Penyakit pneumonia dapat bersifat invasif dan non-invasif, kekebalan tubuh dapat merubah dari non-invasif menjadi invasif. Sehingga vaksinasi pneumonia ini menjadi hal yang penting untuk dilakukan kepada lansia, dimana kekebalan tubuh yang mereka miliki akan semakin rendah. Menurut dokter Alvina, hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi pneumonia ini yaitu, pertama indikasi dari vaksin ini untuk usia lebih dari 50 tahun. Kedua, adanya riwayat alergi dan gejala akut yang juga harus diperhatikan.

Pneumonia bukanlah penyakit yang tidak bisa dicegah atau diobati. Perbaikan gaya hidup seperti pencegahan merokok, pemberian nutrisi yang optimal, dan pemberian vaksin merupakan langkah-langkah yang harus diketahui oleh masyarakat untuk mencegah pneumonia. Vaksin pneumonia merupakan salah satu langkah pencegahan yang sangat dianjurkan oleh CDC. Vaksin pneumonia dapat diberikan kepada bayi, anak-anak, orang dewasa, dan lansia. Menurut CDC, pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas, vaksin pneumonia memiliki tingkat efektivitas 50% hingga 85% dalam hal melindungi individu dari penyakit pneumonia.

Antusiasme masyarakat cukup tinggi terhadap kegiatan ini, dengan jumlah peserta sebanyak 160 orang. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan seputar tema yang tengah dibahas. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=471xb4GII08 Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: