Pengertian
Lupus atau Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan suatu penyakit autoimun sistemik akibat tubuh memproduksi antibodi yang menyerang sel tubuh sendiri dengan gambaran manifestasi klinis, perjalanan pernyakit, dan prognosis beragam. Sistem kekebalan tubuh pada pasien lupus akan mengalami kehilangan kemampuan untuk mengenali sel dan jaringan tubuh sendiri (self).
Faktor Risiko
Kombinasi berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya penyakit lupus seperti faktor genetik, epigenetik, faktor lingkungan (sinar UV, obat-obatan, infeksi virus), dan faktor hormon (estrogen atau prolaktin). Lupus dapat terjadi karena faktor pemicu lingkungan pada individu yang memiliki faktor genetik.
Prevalensi
WHO mencatat jumlah penderita penyakit Lupus di seluruh dunia saat ini mencapai lima juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan usia produktif dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru. Di Indonesia pada tahun 2016, Perhimpunan SLE Indonesia (PESLI) mendapatkan rata-rata insiden kasus baru SLE dari 8 (delapan) rumah sakit adalah sebesar 10,5%. Penyakit lupus kebanyakan menyerang perempuan pada usia 15-50 tahun (usia masa produktif). Namun, lupus juga dapat menyerang anak-anak dan pria.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis LES melibatkan hampir seluruh organ tubuh yaitu muskuloskeletal, manifestasi kulit dan mukosa, ginjal, neuropsikiatri, paru, jantung, pembuluh darah, gastrointestinal (pencernaan) dan hepatik (hati), okular (mata), obstetrik (kandungan), endokrin (hormon) dan hematologik (darah). Hampir 90% penderita lupus menunjukan gejala ruam di kulit, dengan ciri khas ruam kulit yang fotosensitif. Ruam biasanya muncul beberapa hari setelah terpapar sinar ultraviolet dan dapat bertahan hingga tiga minggu. Selain ruam pada kulit, nyeri dan radang pada sendi juga paling sering terjadi. Gejala yang khas adalah nyeri pada banyak sendi yang bersifat simetris, meliput sendi-sendi pada jari-jari dan lutut. Pasien dengan lupus dapat menunjukkan gejala umum meliputi: demam, malaise (tidak enak badan), artralgia (nyeri sendi), mialgia (nyeri otot), sakit kepala, dan kehilangan nafsu makan dan berat badan. Kelelahan nonspesifik, demam, artralgia (nyeri sendi), dan perubahan berat badan adalah gejala paling umum pada kasus baru atau serangan lupus aktif berulang. Menifestasi klinis penyakit lupus juga bisa menyerupai banyak penyakit lain, sehingga penyakit lupus juga dikenal dengan istilah penyakit seribu wajah. Beberapa penderita hanya memiliki sedikit gejala, sementara yang lainnya muncul dengan banyak gejala. Gejala dapat hilang timbul. Pada saat gejala muncul atau bertambah berat (flare) penderita merasa sakit, dan pada saat gejala menghilang (remisi) penderita merasa sehat.
Diagnosis
Diagnosis penyakit lupus ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium dasar yaitu Darah Perifer Lengkap (DPL) dan Laju Endap Darah (LED), Urin Lengkap, Kimia Darah meliputi fungsi ginjal (kreatinin), fungsi hati (SGOT dan SGPT), albumin, kadar glukosa darah, serta pemeriksaan autoantibodi antara lain antibodi antinuklear (ANA), antibodi anti-double stranded DNA (anti-dsDNA), antibodi antifosfolipid (APL), serta pemeriksaan komplemen C3 dan C4 untuk mendiagnosis LES dan memantau aktifitas penyakit.
Pengobatan
Pengelolaan penyakit LES secara holistik yang meliputi edukasi, program rehabilitasi, serta terapi farmakologi/ obat-obatan dan nonfarmakologi. Obat-obatan yang digunakan pada terapi lupus meliputi:
- Obat kortikosteroid, obat ini bekerja untuk menekan respon imun atau peradangan yang berlebihan.
- Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) untuk mengatasi nyeri dan peradangan
- Obat antimalaria (hidroksiklorokuin dan klorokuin) obat ini digunakan untuk pengobatan malaria, tetapi juga mempunyai efek yang baik dalam mengatasi gejala lupus.
- Obat-obatan imunosupresan, obat ini bertujuan menekan sistim imun pada penderita lupus, terutama digunakan pada lupus yang berat dengan dosis disesuaikan dengan derajat penyakit yang diberikan dalam dua fase, yaitu fase awal dan fase lanjut.
- Vitamin D, bermanfaat untuk mencegah osteoporosis (pengeroposan tulang) yang bisa disebabkan obat kortikosteroid. Selain itu, vitamin D dapat membantu menurunkan aktifitas penyakit.
Selain menggunakan obat-obatan, tatalaksana non farmakologis juga harus dilakukan, seperti menghindari paparan cahaya matahari langsung. Olahraga dan peregangan secara teratur dapat membantu mengurangi kelelahan dan nyeri akibat fibromyalgia.
Target Pengelolaan penyakit lupus adalah mencapai remisi dan mencegah kekambuhan. Tujuan jangka panjang terapi adalah mencegah kerusakan organ, menghambat komorbiditas, menghindari atau mengurangi resiko toksisitas obat, dan menjaga kerusakan hidup terapi optimal. Selain itu tujuan dari penatalaksaan lupus adalah untuk mengurangi keluhan kelelahan dan nyeri yang sering dirasakan penderita walaupun tidak sedang mengalami serangan (flare) .
Komplikasi
Lupus sering menyebabkan komplikasi yang berat pada berbagai sistem tubuh meliputi komplikasi muscular (otot), osteoartikular (persendian), kardiovaskular (jantung), paru, gastrointestinal (pencernaan), neuro-psikiatri (saraf), dan ginjal, sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien. Gangguan ginjal merupakan salah satu komplikasi yang paling serius dan dapat menyebabkan gagal ginjal stadium akhir (end-stage renal failure).
Deteksi Dini
Deteksi dini penyakit lupus dapat dilakukan menggunakan formulir SALURI (Periksa Lupus Sendiri) di sarana pelayanan kesehatan bagi masnyarat yang dicurigai menderita penyakait lupus. Jika sahabat RSUI mengalami salah satu gejala tersebut maka dapat berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksakan diri dan mendapatkan solusi terbaik. Diagnosis dini dan pemberian terapi yang tepat akan memberikan prognosis yang lebih baik pada pasien Lupus di Indonesia.
Referensi:
- Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Erimatosus Sistemik; 2019
- George Bertsias, Ricard Cervera, dan Dimitrios T Boumpas. Systemic Lupus Erythematosus: Pathogenesis 20 and Clinical Features; 2012. p.476-505. https://www.eular.org/myuploaddata/files/sample%20chapter20_mod%2017.pdf
- Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi Lupus di Indonesia. PUSDATIN; 2017
- Georgiana Iftimie, Anca Pantea Stoian, Bogdan Socea et al. Complications of systemic lupus erythematosus: A review. Romanian Journal of Military Medicine. 2018; 21(3):9-15.
- Manole Cojocaru, Inimiora Mihaela Cojocaru, Isabela Silosi, Camelia Doina Vrabie. Manifestations of Systemic Lupus Erythematosus. 2011; 6(4) : 330–336.
- Andrea Fava, Michelle Petri. Systemic Lupus Erythematosus: Diagnosis and Clinical Management. 2019. J Autoimmun. 2011; 96: 1-13.