Definisi
Diabetes Melitus (DM) atau yang juga dikenal dengan kencing manis, merupakan penyakit metabolik menahun (kronis) yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam darah. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh gangguan produksi hormon insulin pada sel beta organ pankreas dan/atau gangguan kerja hormon insulin itu sendiri.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukan sekitar 20,4 juta orang Indonesia yang terdeteksi DM dan peningkatan kasus diabetes menjadi 8,5% pada kasus diabetes melitus berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah. Serta data dari International Diabetes Federation (IDF) bahwa jumlah kasus kematian akibat diabetes sebanyak 236.711 pada tahun 2021.
Peran Hormon Insulin
Hormon insulin inilah yang berperan penting sebagai kunci utama supaya gula dalam darah (glukosa) dapat digunakan oleh sel-sel maupun organ dalam tubuh. Jika hormon insulin terganggu, maka glukosa tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi sel maupun organ tubuh. Salah satu gangguan hormon insulin dapat berupa kekebalan (resistensi) insulin. Kerja atau produksi insulin yang terganggu akan mengakibatkan glukosa menumpuk dalam aliran pembuluh darah, menyebabkan hiperglikemia. Lebih lanjut, hal tersebut dapat berakibat buruk, serta menimbulkan komplikasi bagi organ tubuh yaitu mata, jantung, ginjal, pembuluh darah otak, dan sistem saraf.
Klasifikasi
Diabetes Melitus terbagi menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu, Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1) yang paling sering terjadi pada anak-anak, Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2), DM dalam kehamilan, dan DM tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain.
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan jenis kasus yang paling banyak dijumpai, yaitu pada 95% dari kasus diabetes pada umumnya. DM Tipe 2 disebabkan karena penggunaan insulin yang tidak efektif oleh tubuh, kondisi tersebut merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan, dan dalam hal ini sebagian besar dipicu oleh berat badan berlebih serta kurangnya aktivitas fisik.
Tanda dan Gejala
- Sering merasa lapar
- Sering merasa haus
- Sering buang air kecil dalam jumlah banyak
- Penurunan berat badan secara bermakna
- Pandangan kabur
- Kulit kering, gatal, serta kulit menjadi gelap di area leher belakang atau ketiak
- Durasi penyembuhan luka lebih lama
- Infeksi jamur
- Iritasi daerah genital
- Rasa kesemutan atau mati rasa
- Mudah merasa lelah dan cepat tersinggung
Diagnosis
Penegakkan diagnosis diabetes melitus melalui hasil pemeriksaan laboratorium darah serta gejala klinis yang dialami. Silakan berkonsultasi kepada dokter untuk mendapat diagnosisnya secara lebih pasti. Kadar hasil laboratorium untuk diagnosis diabetes dan pra-diabetes dapat dilihat pada gambar kedua di cover artikel ini.
Faktor Risiko dan Skrining
Diabetes melitus juga dapat tidak menunjukan gejala klinis, sehingga skrining atau pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok risiko tinggi pada usia < 45 tahun pada individu dengan berat badan berlebih (indeks massa tubuh > 23 kg/m2) atau obesitas yang memiliki minimal satu faktor risiko di bawah ini, antara lain: aktivitas fisik yang kurang, terdapat faktor keturunan diabetes melitus dalam keluarga, kelompok ras/ etnis tertentu, wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir > 4 kg atau memiliki riwayat diabetes dalam kehamilan (diabetes melitus gestasional), hipertensi (tekanan darah > 140/90, atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi), kadar lemak darah HDL < 35 mg/dL dan/atau trigliserida > 250 mg/dL, wanita dengan sindrom polikistik ovarium (PCOS), riwayat pre-diabetes, obesitas berat, atau riwayat penyakit kardiovaskular.
Skrining pada kelompok tanpa faktor risiko dilakukan mulai usia 45 tahun. Jika hasil normal, disarankan untuk melakukan evaluasi ulang setiap 3 (tiga) tahun. Sedangkan pada kelompok pre-diabetes pemeriksaan skrining ini perlu diulang kembali setiap tahun.
Pengobatan
Tata laksana terapi pada Diabetes Melitus Tipe 2 dapat berupa obat minum (oral) ataupun jenis suntikan yang diberikan bersamaan dengan perubahan pola hidup sehat yaitu dari pola makan dan juga aktivitas fisik yang sesuai.
Terapi awal pada pasien kondisi stabil ini dimulai dengan obat DM oral satu jenis saja ataupun dapat berupa kombinasi. Terapi oral ini terdapat beberapa golongan obat, antara lain: obat yang bersifat memacu pengeluaran insulin yaitu golongan sulfonilurea dan glinid, kelompok obat peningkat sensitivitas terhadap insulin yaitu golongan metformin dan tiazolidinedion, kelompok obat penghambat glucosidase (menghambat penyerapan glukosa dalam usus halus), kelompok obat penghambat enzim DPP-4 (Dipeptidil Peptidase-4) sehingga akan memperbaiki toleransi glukosa serta meningkatkan respon insulin, serta kelompok obat penghambat enzim SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter 2) yang mempengaruhi penyerapan glukosa di ginjal serta meningkatkan pembuangannya melalui urin.
Pada kondisi DM Tipe 2 yang belum dapat terkendali dengan obat oral yang sudah mencapai dosis kombinasi optimal, maka dokter akan mempertimbangkan terapi jenis suntikan (insulin). Terapi suntik ini juga memiliki banyak golongan berdasarkan jenis dan lama kerja insulin. Pilihan jenis insulin serta dosis yang digunakan harus berdasarkan anjuran dari dokter penanggung jawab pasien, serta tidak disarankan untuk membeli dan menggunakannya secara bebas tanpa pemantauan dari dokter. Karena penggunaan suntik insulin memiliki risiko seperti reaksi alergi, kondisi hipoglikemia berat hingga mengakibatkan penurunan kesadaran.
Pencegahan
Perubahan gaya hidup yang mengadaptasi pola hidup sehat dapat mencegah komplikasi dan pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 pada kelompok risiko tinggi. Upaya tersebut dapat dilakukan sejak dini, antara lain:
- Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
- Pengaturan pola makan yaitu membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak
- Aktivitas fisik secara rutin, yaitu durasi minimal 30 menit per hari atau total 150 menit per minggu dengan intensitas sedang (50-70% maksimal denyut nadi)
- Hindari merokok dan hindari konsumsi minuman beralkohol
- Rutin konsumsi obat harian sesuai anjuran dokter
- Evaluasi kesehatan secara berkala ke dokter
Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik
Komplikasi diabetes yang mempengaruhi sensitivitas terhadap rasa nyeri sering kali menyebabkan pasien tidak menyadari terdapat luka pada kaki sehingga terlambat untuk ditangani dan berisiko infeksi yang makin meluas. Sehingga penting untuk selalu melakukan perawatan kaki pada pasien diabetes, dengan cara sebagai berikut: harus selalu menggunakan alas kaki termasuk ketika di pasir dan air, periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya, selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan rutin mengoleskan krim pelembap pada kulit kaki yang kering, memotong kuku secara teratur, jika ada kalus/ mata ikan – tipiskan secara teratur, keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi, menggunakan kaos kaki berbahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-ujung jari kaki, periksa kaki setiap hari dan segera laporkan ke dokter jika mendapatkan kulit terkelupas, kemerahan, atau luka, hindari penggunaan bantal atau botol air panas/ batu untuk menghangatkan kaki, serta jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus.
Jika menemukan beberapa keluhan ataupun mengetahui adanya faktor risiko Diabetes Melitus Tipe 2 segera lakukan skrining dan konsultasikan masalah kesehatan Anda kepada dokter-dokter berkompeten di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Salam Sehat!
Referensi:
- Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PERKENI, 202.
- World Health Organization. Diabetes. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes [cited 31 Des 2021]
- Infodatin 2020 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi Diabetes Melitus. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf [cited 31 Desember 2021]
- Kasus Kematian Akibat Diabetes di Indonesia Terbesat Keenam di Dunia. Available from: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/26/kasus-kematian-akibat-diabetes-di-indonesia-terbesar-keenam-di-dunia#:~:text=Indonesia%20berada%20di%20peringkat%20keenam,dengan%20diabetes%20di%20seluruh%20dunia. [cited 19 January 2022]