(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Bicara Sehat RSUI : Tetap Tenang Menjalani Operasi : Bebas Takut dan Cemas

Menjalankan prosedur pembedahan medik atau biasa disebut operasi karena suatu penyakit merupakan pengalaman yang mungkin kurang menyenangkan untuk pasien. Pembedahan adalah pengobatan traumatis yang biasanya berhubungan dengan perdarahan, nyeri, risiko morbiditas atau terkadang kematian. Pasien dapat merasakan kecemasan karena pembedahan ini. Kecemasan adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan. Pasien yang seharusnya menjalani operasi bedah dapat menghindari prosedur tersebut karena kecemasan yang mereka rasakan (Asres Bedaso and Mohammed Ayalew, 2019).

Periode pra-operasi adalah peristiwa mengkhawatirkan yang menghasilkan respons emosional, kognitif, dan fisiologis spesifik pasien. Kecemasan terkait pembedahan mungkin umum diterima sebagai reaksi normal pada pasien pra-operasi. Penelitian telah menetapkan bahwa menunggu untuk operasi atau prosedur invasif adalah stres dan kecemasan memperburuk dan mempengaruhi parameter fisiologis dan psikologis. Kecemasan sebelum operasi memiliki pengaruh besar pada hasil operasi. Hal ini dapat menyebabkan hipertensi, meningkatkan denyut jantung, dan dengan demikian, dapat menyebabkan perdarahan. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pra operasi yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan kebutuhan penghilang rasa sakit pasca operasi.

Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Ns. Juliana Gracia, M.Kep., Sp.Kep.M.B yang merupakan Head Nurse ICU RSUI.

Narasumber pertama yaitu Ns. Wati Melawati, S.Kep membawakan materi dengan tema “Persiapan Fisik dan Mental Menjelang Operasi”. Mengawali materi dengan menjelaskan tujuan dari persiapan fisik dan mental sebelum tindakan operasi yaitu agar setelah pembedahan target tercapai dan proses recovery yang lebih baik. Persiapan operasi ada dua jenis yaitu persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik diawali dengan pengkajian, pasien harus berkonsultasi dahulu ke dokter bedah untuk mendiskusikan apakah memang dibutuhkan pembedahan. Jika memang dibutuhkan, pasien selanjutnya akan mengisi dokumen persetujuan tindakan. Setelah itu, akan dilakukan persiapan dan pemeriksaan penunjang. Pasien akan diperiksa tanda-tanda vitalnya (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh), diukur berat badan dan tinggi badannya, usia, riwayat penyakit dan alergi, riwayat pengobatan, riwayat operasi dan anestesi, riwayat merokok dan konsumsi alkohol, serta aktivitas fisik.

“Pemeriksaan fisik sangat penting karena berhubungan dengan status, jenis dan dosis pemberian anestesi serta proses penyembuhan pasca operasi. Biasanya pasien yang merupakan perokok aktif atau yang mengonsumsi alkohol disarankan untuk berhenti merokok dan minum alkohol dulu maksimal dua minggu sebelum operasi” ujarnya.

Biasanya pasien berpuasa terlebih dahulu sebelum melakukan operasi, namun puasa yang terlalu lama dapat menaikkan asam lambung, sehingga pasien berisiko mengalami mual dan muntah setelah operasi. Beberapa ketentuan puasa sebelum operasi diantaranya untuk makanan padat/susu formula maksimal 6 jam sebelum operasi, untuk ASI maksimal 4 jam sebelum operasi, dan clear fluid maksimal 2 jam sebelum operasi. Sebelum operasi pasien mandi dengan sabun antiseptik chlorhexidine 2% dan oral hygiene, pasien juga harus melepas perhiasan, cat kuku, dan aksesoris lain yang dipakai, pada jenis operasi tertentu pasien juga harus mencukur rambut-rambut pada bagian tertentu (yang akan dilakukan tindakan).

Untuk persiapan mental, Ners Wati menyampaikan bahwa di RSUI sebelum tindakan pasien akan diberikan edukasi secara berkesinambungan dan tim sangat terbuka jika ada pasien yang ingin mengajukan pertanyaan. Ners juga akan mengajari pasien beberapa tindakan relaksasi seperti cara napas dalam dan batuk efektif.

“Tindakan relaksasi diharapkan dapat membuat pasien lebih siap mental sebelum operasi. Pemberian esensial oil juga dapat membantu menurunkan kecemasan sebelum tindakan bedah. Kami juga mengenalkan konsep Family Center Care yang ada di RSUI, yaitu tim akan melibatkan orang tua pasien untuk mendampingi anaknya yang operasi. Keluarga juga akan diberikan edukasi setelah tindakan operasi untuk menurunkan kecemasan” tutupnya.

Narasumber kedua yaitu dr. Faradila Ramadian Triananda, Sp.An membawakan materi dengan tema “Minim Nyeri saat Operasi, Apa yang Perlu Diketahui?”. Dokter Faradila mengatakan bahwa orang yang melakukan operasi pasti disertai juga dengan mendapatkan anestesi, namun anestesinya berbeda-beda bergantung pada jenis operasinya. Anestesi didefinisikan sebagai hilangnya sensasi. Pasien yang mendapatkan anestesi tidak akan merasa nyeri, pasien dapat tidur dan melupakan kondisinya saat itu, serta otot-otot pasien akan lebih rileks. Cara kerja anestesi yaitu memblok sinyal nyeri dari tubuh ke otak.

Secara umum anestesi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu anestesi umum, regional dan lokal. Pada anestesi umum, pasien akan tidur, tidak sadar dan tidak merasa nyeri. Obat dapat diberikan secara intravena atau gas anestesi. Secara umum digambarkan proses setelah operasi, gas bius akan dimatikan, perlahan gas dalam darah akan keluar, sekitar 2 jam kemudian pasien akan kembali ke ruangan rawat.

Tidak semua operasi memerlukan anestesi umum, kadang kita hanya membutuhkan anestesi regional yaitu digunakan untuk membius sebagian area pada regio tubuh, misal dari perut ke bawah, tangan saja atau kaki saja, contoh : operasi sesar, patah tulang tangan atau kaki.

“Pada anestesi regional ini obat anestesi akan disuntikkan pada daerah yang berada di sekitar saraf yang mempersarafi daerah yang akan dioperasi sehingga tidak akan terasa nyeri” jelasnya.

Anestesi regional ada 3 macam, yaitu spinal, epidural, dan blok saraf regional. Spinal yaitu disuntikkan obat ke celah tulang belakang dimana obatnya diinjeksikan ke cairan yang mengelilingi saraf yang mempersarafi bagian bawah tubuh. Epidural sama dengan spinal tetapi dipasang selang sehingga obat dapat diberikan secara bertahap dan dapat digunakan untuk nyeri pasca operasi. Sementara untuk blok regional, tekniknya yaitu diberikan suntikan di daerah yang akan dioperasi, kadang digunakan alat bantu seperti USG agar lebih baik dalam melokalisir saraf yang akan dianestesi. Untuk jenis anestesi lokal, ini yang paling mudah dilakukan. Biasanya digunakan saat tindakan cabut gigi atau pada saat kondisi luka tangan yang harus dijahit.

Hal lain yang cukup dikhawatirkan pada saat operasi adalah nyeri sesudah operasi. Setelah operasi, pasien akan diberikan anti nyeri sesuai kebutuhan, obatnya bisa diberikan lewat infus maupun oral.

“Dokter anestesi dan dokter bedah akan memberikan obat-obatan yang akan mengurangi rasa nyeri, pemberian obat nyeri akan disesuaikan dengan kondisi pasien, jenis operasi, serta derajat nyeri yang dirasakan oleh pasien” ujarnya.

Dari pertanyaan peserta seminar awam kali ini, Ners Wati menjelaskan phobia atau trauma terhadap jarum suntik yang kerap kali ditemui pada pasien. Hal yang berhubungan dengan jarum suntik sebelum melakukan operasi yaitu pemasangan selang infus.

Menurut Ners Wati, “Biasanya kami akan melakukan edukasi terhadap pasien terlebih dahulu, seperti pada saat pemasangan infus bukan jarumnya yang akan masuk, melainkan bahan berupa silikon yang masuk ke dalam tubuh. Dalam edukasi ini, biasanya juga ditampilkan video bagaimana cara pemasangan infus agar pasien yang memiliki phobia jarum suntik dapat memahami prosedur yang akan dilakukan”ujarnya saat menjawab pertanyaan peserta.

Terkait hal ini, Dokter Dila juga menambahkan, apabila cara yang dilakukan sebelumnya belum berhasil, bisa dilakukan dengan cara lain. Menurutnya, “Sebelum dilakukan pemasangan infus atau penggunaan jarung suntik, pasien bisa diberikan obat anestesi oles, sehingga pasien tidak terlalu mengalami nyeri pada saat pemasangan infus tersebut” tambahnya.

Hal lain yang juga menjadi bahan diskusi dalam seminar awam kali ini, yaitu terkait pasien yang masih merasakan belum dibius sepenuhnya setelah dilakukan anestesi. Menurut Dokter Dila, “Pasien dapat langsung bilang kepada dokter apabila memang masih merasa nyeri, karena pada dasarnya yang merasakan hal tersebut adalah pasien itu sendiri”. Dokter Dila menambahkan kondisi ini mungkin bisa terjadi apabila pasien dilakukan anestesi regional atau pasien masih memiliki kesadaran. Pada dasarnya dokter akan melakukan tes pada daerah yang telah diberikan anestesi, apakah sudah teranestesi sempurna atau belum. Pengecekan yang dilakukan diantaranya dengan mengoleskan alcohol swab pada area tersebut untuk melihat respons dari pasien.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta sekitar 160 orang, terdiri dari remaja, orangtua, dan lain-lain. Forum ini membuat beberapa penyimak dari berbagai provinsi di Indonesia turut menghadirinya. RSUI berharap kegiatan seminar awam bicara sehat virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI.

Lampiran Berita Terkait: