Talkshow awam bicara sehat kembali hadir dalam rangkaian HUT RSUI ke-4 dengan topik: “Cegah Stunting dan Kesehatan Mata Anak untuk Generasi Emas”. Stunting merupakan permasalahan nasional yang harus diatasi bersama. Berdasarkan Profil Kota Depok Tahun 2022 masih terdapat sekitar tiga ribu balita stunting. Berdasarkan data dari SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) tahun 2023, Indonesia mengalami penurunan angka stunting sebanyak 2,8%. Capaian tersebut sesuai dengan target yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu sekitar 2,7% setiap tahunnya. Walaupun terdapat penurunan angka, pencegahan stunting harus tetap dilakukan. Permasalah kesehatan mata yang dikaitkan dengan gadget juga merupakan fenomena yang patut diperhatikan. Di Indonesia, terdapat sekitar 25% kelainan refraksi pada penduduk Indonesia, dan 10% dari 66 juta anak.
Dokter Spesialis Anak RSUI yaitu dr. Anisa Rahmania Yulman, Sp.A(K) selaku narasumber topik stunting atau perawakan pendek menyatakan bahwa penyebab stunting adalah malnutrisi kronis pada anak, terjadinya infeksi yang berulang pada anak, dan kurangnya stimulasi dari lingkungan dan orang tua yang menyebabkan anak gagal tumbuh. Dampak akhir dari stunting dikhawatirkan berupa keterlambatan perkembangan seperti gagal belajar yang berakibat pada kurang optimalnya kecerdasan anak, penyakit metabolik seperti hipertensi dan diabetes, serta dampak sosial ekonomi seperti kesulitan mencari pekerjaan.
“Stunting sudah dapat terdeteksi pada usia kurang dari dua tahun, agar dapat diatasi sejak dini, peran Posyandu sangat penting untuk mengukur pertumbuhan anak secara rutin. Walaupun demikian, tidak semua anak dengan perawakan pendek semuanya adalah stunting. Anak dengan usia dibawah 2 tahun, pengaruh genetiknya belum terlalu besar. Baiknya, anak dengan usia 2 tahun harus punya grafik pertumbuhan yang bagus.” ujar dokter Annisa yang biasa disapa Dokter Ninis.
Input nutrisi yang kurang dan output nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan anak gagal tumbuh. Nutrisi lebih dibutuhkan pada anak dengan kondisi kesehatan khusus misalnya anak dengan penyakit jantung bawaan atau anak dengan infeksi berulang seperti anak yang sering batuk dan pilek. Penting bagi Ibu untuk memperhatikan nutrisi anak sejak dalam kandungan atau 1000 hari kehidupan pertama. Bahkan, nutrisi sejak remaja pada perempuan sangat penting diperhatikan untuk mencegah stunting pada kehidupan jangka panjang.
Terkait kesehatan mata pada anak, penggunaan gadget pada anak menjadi sorotan para orang tua. Untuk tumbuh kembang anak, penting untuk memperhatikan kesehatan mata anak. Gangguan refraksi terjadi karena saraf mata tidak bisa memokuskan cahaya yang masuk.
“Penyebab kelainan refraksi pada anak hanya dua yaitu faktor keturunan dan faktor kebiasaan sehari-hari. Jika satu orang tua mempunyai gangguan refraksi, terdapat 50% kemungkinan anak juga akan mengalami refraksi. Jika kedua orang tua mempunyai kelainan refraksi, terdapat 75% kemungkinan anak akan mengalami kelainan refraksi juga. Saat pandemi, akibat penggunaan gedget yang meningkat berdampak pula pada peningkatan kelainan refraksi pada anak sekitar 10%” Ujar dr. Gisela Haza Anissa, Sp.M yang merupakan Dokter Spesialis Mata di RSUI.
Cahaya biru atau blue light pada gedget tidak menyebabkan mata minus atau kelainan refraksi ini. Jarak saat penggunaan dan waktu yang dihabiskan untuk menggunakan gedget merupakan faktor penting yang menyebabkan refraksi berasal dari kebiasaan sehari-hari. Jarak penggunaan gedget yang baik adalah 30 cm dengan waktu maksimal adalah 2 jam per hari. Orang tua harus aware dengan kebiasaan dan gejala kelainan refraksi ini. Contoh gejala mata minus adalah anak lebih sering mengucek mata. Jika orang tua sudah mendapati gejala atau keluhan pada anak, maka orangtua sebaiknya membawa anak ke dokter spesialis mata untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan kacamata yang sesuai.
RSUI menghadirkan kader kesehatan dari seluruh Kota Depok dalam acara talkshow edukasi tentang kesehatan anak kali ini. RSUI sadar betul bahwa komunitas dan kader kesehatan merupakan garda terdepan dalam promotif dan preventif penyakit guna mewujudkan kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. RSUI berharap kegiatan Talkshow Bicara Sehat ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya pemberian edukasi kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.
Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=nVPc_tpTP4s Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!