(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Bicara Sehat Spesial RSUI Update Vaksinasi dan Pemeriksaan Antibodi Kuantitatif COVID-19

RSUI kembali menyelenggarakan Seminar Bicara Sehat dengan topik: “Update Vaksinasi dan Pemeriksaan Antibodi Kuantitatif COVID-19”. Seminar Bicara Sehat kali ini merupakan acara yang spesial karena menyajikan informasi terkini mengenai vaksinasi COVID-19, serta dikemas dalam bentuk talkshow, sehingga masyarakat dapat lebih banyak bertanya mengenai seluk beluk vaksinasi dan pemeriksaan antibodi kuantitatif COVID-19.

MC sekaligus moderator pada seminar ini adalah dr. Yudhistira, SpPK. Beliau adalah dokter spesialis patologi klinik RSUI yang menjabat sebagai dokter penanggung jawab Laboratorium Patologi Klinik di RSUI.

Topik pertama mengenai update vaksinasi COVID-19 dibawakan oleh dr. Muhammad Hafiz Aini, SpPD, seorang dokter spesialis penyakit dalam yang saat ini menjabat sebagai Kepala Unit Hemodialisis RSUI. Dokter Hafiz membawakan topik dengan judul “Vaksin COVID-19: Tak Kenal, Tak Kebal”. Dokter Hafiz menyampaikan perkembangan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dengan tujuan supaya masyarakat dapat memahami pentingnya melakukan vaksinasi COVID-19.

Perjalanan COVID-19 di Indonesia mengalami pasang surut selama beberapa bulan terakhir ini. Pada bulan Juni sampai Juli 2021 terjadi kenaikan angka kejadian COVID-19 yang pesat. Angka ini diikuti dengan penurunan kejadian COVID-19 yang juga cukup pesat di bulan September sampai Oktober 2021. Pada kondisi pandemi saat ini, dibutuhkan cara bukan hanya untuk menurunkan angka kejadian COVID-19, tetapi juga untuk stabilisasi atau mempertahankan angka COVID-19 tetap rendah. Hal ini bertujuan supaya masyarakat dapat beraktivitas sehari-hari dengan lebih tenang dan lebih aman dari bahaya infeksi COVID-19. Salah satu caranya adalah dengan vaksinasi.

Saat tubuh diberikan vaksinasi, akan ada sel-sel tubuh yang membentuk antibodi dari vaksinasi. Efikasi tiap vaksin berbeda-beda dan tidak berarti yang efikasinya lebih rendah lebih buruk. Efikasi 95% bukan diartikan dari 100 orang yang melakukan vaksinasi, hanya ada 5 orang yang dapat tetap terinfeksi COVID-19. Efikasi 95% menunjukkan bahwa orang yang tidak divaksin, 20 kali lebih berisiko terkena infeksi COVID-19, dibandingkan dengan yang sudah melakukan vaksinasi. Semua jenis vaksin, baik vaksin Pfizer, Moderna, Astrazeneca, ataupun Sinovac, memiliki efektivitas lebih dari 95% dalam mencegah kematian dan perawatan di rumah sakit.

Sistem imunitas tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga antibodi pascavaksinasi yang muncul pada setiap individu dapat berbeda-beda. Beberapa pasien yang memiliki masalah imunitas, misalnya pasien dengan autoimun atau pasien yang mendapatkan obat untuk menurunkan daya imunitas, harus dievaluasi apakah sistem imunnya merespon atau tidak terhadap vaksinasi yang telah diberikan.

Selain itu, dokter Hafiz juga menjelaskan pengaruh vaksin-vaksin yang ada saat ini terhadap varian-varian COVID-19. Dokter Hafiz menjelaskan bahwa dari beberapa studi atau jurnal mengenai efektivitas vaksinasi terhadap virus COVID-19 varian alfa, beta, gamma, dan delta, menunjukkan hasil yang sama, bahwa vaksinasi COVID-19 terbukti dapat mengurangi kematian dan angka perawatan di rumah sakit akibat COVID-19. Walaupun virus COVID-19 mengalami mutasi, namun sifat dasar dari virus tersebut tetap sama, sehingga pengobatan dan vaksinasinya pun tetap sama dan memiliki efektivitas yang baik.

Narasumber kedua adalah dr. Sri Suryo Adiyanti, SpPK(K), M.Kes, yang akrab disapa dengan nama dr. Anti. Beliau adalah dokter spesialis patologi klinik di RSUI yang menjabat sebagai Kepala Laboratorium Terpadu RSUI. Dokter Anti membawakan materi dengan judul “Antibodi S-RBD IgG: Pemeriksaan Antibodi Setelah Vaksinasi”. Dokter Anti menjelaskan mengenai apa yang perlu diketahui tentang pemeriksaan antibodi kuantitatif COVID-19.

Dokter Anti mengawali materi terkait antibodi S-RBD IgG, yaitu pemeriksaan antibodi setelah vaksin COVID-19. Walaupun kasus COVID-19 sudah menurun, tetapi masyarakat tetap harus waspada karena virusnya masih ada. Antibodi COVID-19 dapat terbentuk melalui 2 cara, yaitu melalui infeksi alamiah dan pemberian vaksinasi. Antibodi COVID-19 mulai terdeteksi dalam darah 10 – 14 hari setelah timbul gejala pada orang yang terinfeksi COVID-19.

Pengukuran antibodi COVID-19 sendiri memiliki fungsi untuk melihat respon imun setelah vaksinasi/terinfeksi COVID-19, serta dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi donor plasma konvalesen. Faktor yang mempengaruhi tubuh dalam pembentukan antibodi, di antaranya adalah usia, jenis kelamin, adanya komorbid, lifestyle, nutrisi, lingkungan, vaksinasi, dan faktor lainnya. Saat ini, antibodi yang dapat digunakan untuk pemeriksaan antibodi pascavaksinasi adalah SARS-CoV-2 S-RBD IgG dengan hasil yang lebih spesifik dinyatakan dalam angka dibandingkan dengan pemeriksaan antibodi kualitatif.

RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.

Selain itu RSUI juga memiliki layanan pemeriksaan Antibodi Kuantitatif, pemeriksaan antibodi kuantitatif ini bermanfaat bagi para penyintas COVID-19 dan orang yang telah melakukan vaksinasi COVID-19 (waktu pemeriksaan disarankan 3-4 minggu pasca vaksinasi kedua).
RSUI telah dapat melayani pemeriksaan antibodi kuantitatif dengan hasil 2x24 jam (di luar hari libur).

Siaran ulang dari seminar awam ini dapat juga disaksikan di channel Youtube RSUI pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=tMpPmwjum2Q

Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: