(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Seminar Awam Bicara Sehat ke-42:Pancarkan Senyum Menawan dengan Gigi yang Sehat

RSUI kembali menggelar rangkaian seminar awam dengan tajuk utama: “Pancarkan Senyum Menawan dengan Gigi yang Sehat”. Seminar ini diselenggarakan untuk memperingati Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional tanggal 12 September mendatang.

Kebersihan gigi dan mulut yang sering dianggap “terpisah” dari kesehatan tubuh secara utuh, ternyata mempengaruhi kesehatan seseorang. Mulut merupakan pintu masuk saluran pencernaan dan pernapasan yang mengandung bakteri dalam jumlah besar. Namun, tanpa kebersihan mulut yang tepat, bakteri dapat mencapai tingkat yang dapat menyebabkan infeksi mulut, seperti kerusakan gigi dan penyakit gusi. Studi menunjukkan bahwa bakteri mulut dan peradangan yang terkait dengan bentuk penyakit gusi yang parah (periodontitis) mungkin berperan dalam beberapa penyakit. Penyakit tertentu, seperti diabetes dan HIV/AIDS, dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga menyebabkan kerusakan gigi dan mulut yang lebih parah (Mayo Clinic, 2021).

Diharapkan melalui penyelenggaraan Bicara Sehat ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan gigi dan mulut. Seminar ini dimoderatori oleh drg. Rona Laras Narindra yang merupakan seorang dokter gigi umum di RSUI.

Narasumber pertama yaitu drg. Annisa Khairani, Sp.KGA yakni sebagai dokter spesialis gigi anak RSUI. Dokter Annisa membawakan materi dengan tema “Pentingnya Kesehatan Gigi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan”. Dokter Annisa mengawali materi dengan menampilkan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sebagai masa emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, yang mana bukan hanya saat anak lahir, namun juga sejak ada tanda kehidupan di dalam rahim ibu. Masa emas ini harus diperhatikan oleh para orangtua agar proses pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu. Pertumbuhan dan pembentukan daerah kepala, wajah, mulut, dan gigi dimulai saat memasuki kehamilan trimester 1. Proses pembentukan gigi dimulai sebelum gigi tersebut muncul. Bahkan gigi permanen pun mulai dibentuk saat usia kehamilan 4 bulan, padahal gigi ini baru keluar saat seorang anak rata-rata berusia 7 tahun. Kesehatan gigi susu juga penting untuk dijaga untuk menjaga ruangan untuk gigi penggantinya.

Dokter Annisa juga menjelaskan bahwa tidak hanya kesehatan gig saja yang penting untuk diperhatikan pada bagian mulut. Jaringan lunak seperti gusi dan lidah juga penting untuk diperhatikan agar tidak terjadi masalah kedepannya. Masalah pada mulut dapat menganggu proses mengunyah dan menelan, yang nantinya dapat mempengaruhi jumlah asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh anak. Stimulasi yang tepat di usia yang tepat, salah satunya dengan penyesuaian tekstur MPASI juga penting untuk dilakukan.

Terkait infeksi rongga mulut, dokter Annisa menjelaskan bahwa hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, utamanya kualitas gigi anak. Sehingga penting bagi ibu untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang agar kualitas gigi anak baik. Kemudian faktor lainnya yang dapat menyebabkan infeksi yaitu akibat bakteri dan substrat sisa makanan. Substrat sisa makanan (terutama dari makanan dengan kandungan gula tinggi) jika menempel pada gigi dalam waktu yang lama dapat menjadi sumber energi bagi bakteri untuk melakukan metabolisme. Produk metabolisme ini dapat menghasilkan suasana asam pada mulut, pH turun pada rongga mulut, sehingga struktur mineral gigi akan tertarik keluar, yang akhirnya jika dibiarkan akan terjadi kerusakan gigi. Jika terjadi karies gigi, anak akan menjadi picky eater karena tidak bisa mengonsumsi makanan bertekstur keras, dan hanya bisa mengemut makanan, akhirnya asupan gizinya menjadi kurang dari kebutuhan.

Untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak, dokter Annisa memberikan beberapa tips diantaranya pembersihan yang optimal, pembersihan ini bukan hanya dilakukan saat gigi muncul. Orang tua harus memberikan stimulasi agar jika nanti anak sudah bisa memulai sikat gigi, anak tidak kaget atau mual saat ada sesuatu yang masuk ke mulutnya. Kemudian orang tua juga jangan sampai menyepelekan karies pada gigi anak, segera konsultasi ke dokter jika mengalami masalah agar tidak mempengaruhi asupan makanan, serta kurangi makanan manis jangan sampai anak kecanduan. Tidak hanya bebas infeksi, orang tua juga perlu memperhatikan gigi anak agar memiliki bentuk, ukuran dan posisi yang tepat pada tempatnya.

Narasumber kedua yaitu drg. Iffi Aprillia, Sp.KG(K) yakni sebagai dokter gigi spesialis konservasi gigi konsultan restorasi RSUI. Dokter Iffi membawakan materi dengan tema “Gigi Ngilu, Apakah Selalu Akibat Gigi Berlubang?”. Dokter Iffi mengawali penjelasan dengan menjelaskan anatomi struktur gigi, yang mana gigi bukan hanya bagian luar saja yang sering kita lihat (mahkota gigi), namun juga terdapat bagian lain didalamnya. Gigi terdiri dari lapisan email dan dentin. Rasa ngilu terjadi pada bagian dentin, ketika bagian email terkikis. Terkikisnya email dapat terjadi akibat terkena suhu panas atau dingin yang ekstrim, serta mengonsumsi makanan yang terlalu manis atau asam, sehingga impuls saraf ngilu bisa sampai ke dentin. Penyebab gigi ngilu ada 2 macam, yaitu akibat 1) resesi gusi (penyakit gusi, sikat gigi terlalu keras, seiring bertambahnya usia gusi juga bisa turun), dan akibat 2) pengikisan lapisan email (akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang asam, sikat gigi terlalu keras, dan karies gigi). Makanan yang asam sifatnya erosif terhadap email, sehingga email dapat larut lalu menipis, sehingga lapisan dentin terbuka.

Dokter Iffi juga menjelaskan empat cara efektif untuk mengatasi gigi yang sensitif, diantaranya 1) menggunakan gel fluoride, jika tidak kunjung mereda segera berkunjung ke dokter gigi, kemudian 2) menambal gigi menggunakan crown atau inlay tergantung kebutuhan pasien, 3) dental bonding, gigi yang memiliki pori-pori akan ditutup dengan suatu zat, dan akan dilakukan beberapa pengulangan, 4) jika lubang tidak bisa ditutup, maka akan dilakukan pembuangan sarafnya sehingga tidak ada rasa nyeri lagi tanpa pencabutan gigi.

Jika rasa ngilu terus-menerus terjadi bahkan tanpa adanya rangsangan sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter agar permasalahan lebih cepat ditangani pada tahapan yang tidak begitu parah, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

Dokter Iffi juga memberikan beberapa tips agar tehindar dari ngilu, diantaranya melakukan perawatan khusus gigi sensitif, pilih sikat gigi dengan bulu sikat yang halus dan rutin mengganti jika sikat gigi rusak, ganti pasta gigi dengan pasta gigi khusus untuk gigi sensistif, serta menghindari makanan yang keras sehingga mencegah gigi retak. Selain itu jangan lupa juga untuk menyikat gigi dua kali sehari, 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur. Pada orang dengan struktur gigi yang rapat dapat menggunakan benang gigi untuk dapat membersihkan sela-sela gigi yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi. Dokter Iffi tidak menyarankan penggunaan tusuk gigi, karena dapat mendorong sisa makanan ke bagian saku gusi, yang akhirnya dapat mengakibatkan munculnya penyakit gusi.

Dokter Iffi juga mengatakan bahwa kita boleh saja mengonsumsi makanan manis namun jangan sampai berlebihan. Konsumsi makanan bergizi seimbang, buah dan sayur mengandung serat yang ketika dikunyah dapat berfungsi sebagai penyikat gigi alami sehingga system cleansing di rongga mulut berfungsi. Selain itu Dokter Iffi juga menyarankan setiap kita baru sembuh dari sakit, misalnya flu, sebaiknya sikat gigi diganti karena dikhawatirkan banyak bakteri atau virus yang terdapat dalam sikat gigi tersebut.

Narasumber ketiga yaitu drg. Benso Sulijaya Suyono, Sp.Perio(K), PhD yakni sebagai dokter gigi spesialis periodonsia konsultan RSUI. Dokter Benso membawakan materi dengan tema “Bau Mulut dan Gusi Mudah Berdarah, Apakah Berbahaya?”. Dokter Benso mengatakan bahwa bau mulut atau dalam istilah medisnya dikenal dengan halitosis merupakan suatu masalah di rongga mulut yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya akibat mengonsumsi makanan yang berbau tajam (seperti jengkol atau pete), merokok, kebersihan mulut yang buruk, mulut kering, penggunaan obat-obatan khusus, infeksi rongga mulut, infeksi pada rongga hidung, sinus, tenggorokan, dan paru-paru, adanya penyakit sistemik (kanker, GERD, ginjal, hati, gangguan metabolik), serta masalah psikis. Di masa pandemi saat ini banyak orang yang mulai aware dengan permasalahan bau mulut ini karena setiap hari kita menggunakan masker dan dapat dengan mudah mendeteksi adanya bau mulut.

Dokter Benso menjelaskan bahwa rongga mulut adalah jendela kesehatan kita. Sebanyak 700 spesies bakteri berkolonisasi di gigi, gusi, dan permukaan dalam pipi. Dari 700 spesies bakteri ini tidak semuanya jahat, namun ada beberapa bakteri yang perlu kita waspadai.

Dokter Benso juga menjelaskan terkait penyakit gusi, yaitu penyakit inflamasi pada gusi dan tulang penyangga gigi. Berdasarkan data dari Ministry of Health, Labor and Welfare tahun 2011, penyakit gusi menjadi masalah yang paling banyak terjadi pada orang dewasa dan menjadi penyebab terbanyak gigi dicabut. Penyakit gusi mulai banyak terjadi pada kisaran usia 36 tahun ke atas. Penyakit gusi umumnya disebabkan oleh penumpukan bakteri plak gigi dan juga dapat terkait penyakit sistemik (jantung, diabetes, penyakit pencernaan, dsb). Warna gusi yang sehat yaitu pink coral atau merah muda pucat, tidak ada perdarahan gusi. Tanda awal peradangan gusi yaitu adanya benjolan pada gusi.

Dokter Benso mengatakan bahwa penyakit gusi dapat berdampak pada beberapa bagian tubuh, diantaranya berpengaruh terhadap kualitas hidup secara umum. Orang dengan penyakit gusi berisiko memiliki penyakit jantung, pneumonia dan penyakit saluran napas, memperparah kondisi gula darah pada penderita diabetes, serta berhubungan dengan penyakit sendi. Oleh karena itu mencegah penyakit gusi ini sangatlah penting. Jika muncul gejala penyakit gusi sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter, untuk ditelusuri terlebih dahulu penyebabnya, sehingga nantinya dapat dilakukan penanganan yang tepat.

Dokter Benso juga memberikan beberapa tips pencegahan penyakit gusi, diantaranya menyikat gigi rutin minimal 2 kali sehari, gunakan benang gigi/sikat gigi khusus sela-sela gigi, berkumur dengan obat kumur jika perlu, bersihkan karang gigi setiap 6 bulan sekali, lakukan check-up gigi rutin ke dokter gigi, konsumsi makanan bergizi seimbang, serta dapat mengonsumsi probiotik (tablet hisap).

Antusiasme masyarakat cukup tinggi terhadap kegiatan ini, dengan jumlah peserta sebanyak 160 orang. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan seputar tema yang tengah dibahas. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui media sosial RSUI.

Lampiran Berita Terkait: