(021) 50829292 (IGD) (021) 50829282 Pencarian

Sehat Tubuhku, Selamat Bumiku

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang paling terkait dengan isu perubahan iklim atau pemanasan global.  Perubahan iklim mempengaruhi faktor determinan kesehatan seperti udara bersih, air minum yang aman, makanan yang cukup, dan tempat tinggal yang aman. WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2030 hingga 2050, perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun akibat kekurangan gizi, malaria, diare, dan tekanan panas. Biaya kerusakan langsung terhadap kesehatan, yaitu biaya yang tidak termasuk biaya di sektor penentu kesehatan seperti yang sudah disebutkan di atas, diperkirakan antara USD 2-4 miliar/tahun pada tahun 2030.

Pentingnya memperhatikan perubahan iklim sebagai prioritas dunia, diwujudkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan PBB pada tanggal Oktober hingga 12 November 2021 dengan judul COP26. Perubahan iklim telah berubah menjadi darurat global yang mengancam banyak jiwa dalam tiga dekade terakhir. Meskipun ada komitmen baru yang dibuat oleh negara-negara menjelang COP26, beberapa peneliti memprediksi kenaikan suhu global akan naik 2,7 derajat Celsius pada abad ini. Kenaikan suhu sebesar itu pada akhir abad ini akan menyebabkan kerusakan yang sangat masif di muka bumi dan mengakibatkan banyak bencana alam yang tentu saja berdampak pada kesehatan masyarakat.

Dalam COP26, terdapat inisiasi atau gagasan yang diperuntukkan khusus untuk sektor kesehatan. Program kesehatan dalam COP26 memungkinkan perubahan transformasional untuk melindungi kesehatan manusia dan dan melindungi planet bumi. Inisiatif Program Kesehatan dalam COP26 meliputi: membangun sistem kesehatan yang tahan iklim, mengembangkan sistem kesehatan rendah karbon yang berkelanjutan, melakukan penelitian adaptasi untuk kesehatan, mencantuman prioritas kesehatan dalam keuangan nasional, serta melibatkan profesional kesehatan sebagai pendukung isu perubahan iklim (WHO, 2021).

Seminar Awam Bicara Sehat ini hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi seputar isu yang diangkat. Seminar ini dimoderatori oleh Awanda Putri Amalia, S.Tr.Kes, yang merupakan Staf Sanitasi Lingkungan RSUI.

Narasumber pertama yaitu dr. Wahyu Ika Wardhani, M.Gizi, Sp.GK(K) yakni seorang dokter spesialis gizi klinik di RSUI. Dokter Ika membawakan materi dengan tema Planetary Health Diet, Apa yang perlu diketahui?”. Dokter Ika mengawali materi dengan mengangkat isu pencemaran yang terjadi padi bumi. Bumi adalah tempat tinggal kita dan harus disadari bahwa perubahan iklim merupakan suatu ke niscayaan dan sebagai manusia harus dapat beradaptasi serta berusaha semaksimal mungkin agar perubahan iklim tersebut tidak mengarah keterburukan namun dapat memberikan manfaat kesehatan bagi umat manusia. Adanya perubahan pola aktivitas fisik juga menimbulkan adanya perubahan pola makan.

Semakin berkembangnya jaman, makan juga sudah mengalami perubahan tidak hanyak untuk bertahan hidup, namun juga sebagai kesenangan dan kebahagiaan.

Dokter Ika mengatakan “diet yang bersifat sustainable itu demikian penting dan pemilihan makanan tidak hanya tentang nutrisi saja. Apabila kita melihat ke arah lingkungan, harus melihat juga ekosistem yang ada, seperti animal welfare, proses perjalanan makanan, emisi gas dari produksi pangan, pengambilan bahan pangan yang berlebihan, dan penggunaan dari bahan kimia yang terdapat dalam pangan” ujarnya.

Planetary health diet adalah suatu konsep baru yang didefiniskan sebagai kesehatan penduduk dan kondisi sistem natural yang mempengaruhinya. Tujuan dari konsep ini adalah untuk mentransformasi sektor kesehatan masyarakat yang saat ini hanya berfokus pada kesehatan penduduk tanpa memepertimbangkan sistem yang bersifat natural. Walaupun produksi pangan global umumnya sejalan dengan pertumbuhan penduduk, lebih dari 820 juta penduduk masih kekurangan pangan, dan jumlah penduduk yang memiliki pola makan berkualitas rendah atau mengkonsumsi terlalu banyak pangan bahkan lebih banyak lagi.

Menurut dokter Ika “permasalahan ini merupakan masalah yang harus kita atasi bersama. Komposisi menu harian isi piring dari diet ini yaitu setengah bagian dari piring berisi sayur dan buah, 30% biji-bijian atau umbi, 20% lauk pauk kacang-kacangan. Komposisi menu mingguan boleh mengkonsumsi 1 kali daging, 2 kali ikan, dan 1-2 kali telur” tuturnya.

Akan tetapi, ada juga ahli lain yang masih tidak setuju dengan konsep planetary health diet, menurut mereka masih diperlukan diskusi lebih lanjut. Daging dari binatang pemakan rumput, dianggap dapat diternak secara natural. Menurut ahli tersebut buah dan kacang tidak lengkap nutrisnya bahkan banyak menyebabkan inflamasi dan efek metabolik. Karena adanya kontroversi tersebut,

Dokter Ika kembali lagi menyarankan “Isi Piringku” yang bersifat seimbang. FAO juga mengeluarkan sustainable food production and climate change, dimana dia menyarankan agar kita dapat menilai adanya risiko perubahan iklim, memprioritaskan kebutuhan petani, sehingga kita bisa scaling up hal tersebut.

“Pilihan makan tidak hanya soal nutrisi namun perlu diperhatikan juga produksi, distribusi dan juga limbah yang dihasilkan. Diet seimbang dan variasi makanan penting dan bersifat sustainable” tambahnya.

Narasumber kedua yaitu dr. Rinadewi Astriningrum, Sp.KK yakni merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin di RSUI. Dokter Rina membawakan materi dengan tema “Atasi Permasalahan Kulit karena Polusi Udara”. Pada sesi kedua ini, Dokter Rina mengawali materi dengan menjelaskan terkait kulit sehat. Kulit sehat masih menjadi dambaan setiap orang, dimana kulit sehat dapat ditandai dengan tekstur yang halus, lembap, elastis, warna merata, cerah, dan bebas dari penyakit kulit. Kulit sebagai organ yg terbesar harus berfungsi dengan baik. Kulit yang dapat berfungsi dengan baik mampu menjalankan fungsinya sebagai proteksi terhadap lingkungan luar tubuh, memepertahankan suhu tubuh, mampu berperan sebagai indera sensorik untuk merasakan rasa panas, dingin, nyeri, pembentukan vitamin D, sebagai fungsi absorbs dan eksresi sisa metabolism dan fungsi estetik.

Pada tahun 2011, WHO menyatakan polusi udara baik di luar dan di dalam ruangan, merupakan risiko kesehatan lingkungan yang paling besar terhadap manusia. Polusi udara merupakan campuran partikel dan gas yang jumlah atau konsentrasinya sudah mencapai ambang batas, contohnya: jelaga dari cerobong asap, asap dari kendaraan bermotor, spora jamur, serbuk sari, karbon monoksida dari pembakaran kendaraan, termasuk merokok juga termasuk sumber polisi udara. Polusi udara memengaruhi kesehatan kulit dapat masuk melalui nanopartikel yang kemudian menghasilkan ROS (reactive oxygen species).

Dokter Rina mengatakan “ROS itu sumbernya banyak, bias dari radiasi UV sinar matahari, dari radiasi ionisasi, termasuk rokok juga. Pajanan terhadap polusi udara berhubungan dengan peningkatan tanda penuaan kulit. Pajanan berulang terhadap polutan akan menyebabkan efek merusak terhadap kulit dan menimbulkan berbagai penyakit kulit seperti penuaan dini, melasma, dermatitis atopic, psosiaris, dll” ungkapnya.

Strategi pencegahan masalah kulit oleh polusi udara dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu: strategi pencegahan lingkungan dan strategu pencegahan dengan perawatan diri. Strategi pencegahan lingkungan dapat dilakukan dengan mengurangi polusi udara, konsumsi bahan bakar fosil, stop merokok baik aktif maupun perokok pasif, hindari penggunaan bahan-bahan penyumbang polusi udara, gunakan barang ramah lingkungan, dapat didaur ulang.

“Strategi pencegahan perawatan diri dapat dilakukan dengan diet sehat seimbang, perbanyak konsumsi makanan yang mengandung antioksidan, membersihkan kulit dengan tuntas, menggunakan tabir surya, dan pelembab. Pilih tabir surya yang memiliki minimal SPF 30 dan board spectrum” jelasnya.

Di akhir dokter Rina mengingatkan kembali polusi udara mengancam kesehatan secara umum, termasuk kesehatan kulit serta perawatan kulit yang baik penting dilakukan untuk pencegahan penyakit kulit.

Narasumber ketiga yaitu dr. Sony Hilal Wicaksono, Sp.JP(K), FIHA yakni merupakan dokter spesialis jantung dan pembulih darah di RSUI. Dokter Sony membawakan materi dengan tema “Udara Bersih untuk Jantung Sehat”. Pada sesi kedua ini, Dokter Sony mengawali materi dengan menjelaskan terkait dampak polusi udara terhadap Kesehatan jantung.

Dokter Sony mengatakan “polusi udara menempati posisi ke – 3 dalam menyumbang global mortality. Polusi udara meningkatkan all couse mortality dan cardiovascular mortality” ungkapnya diawal materi.

Tubuh manusia memiliki sistem sirkulasi darah, dimana darah akan terus berputar dari jantung keseluruh tubuh dan akan kembali lagi ke jantung dan kemudian akan dikirim ke paru-paru dan akan kembali ke jantung. Paru-paru inilah tempat masuknya udara dari udara sekitar kita. Pada jaringan paru terdapat alveolus yang menjadi tempat pertukaran darah dan udara. Jadi udara masuk ke dalam darah akan masuk melalui alveolus yang ada di paru-paru.

Partikel udara dibagi berdasarkan ukuran partikel, yakni 100 mikrmeter, 10 mikrometer, 2.5 mikrometer, 0.1 dan 0.01 mikrometer. Ukuran udara yang dapat mencapai alveolus adalah PM2.5, ukuran lebih besar dari itu hanya mencapai saluran nafas atas. Partikel PM2.5 ini akan masuk ke sirkulasi darah. Dampak PM 2.5 masuk ke pembuluh darah akan menyebabkan disfungsi endotel. Disfungsi endotel merupakan inisiator pembentukan plak aterosklerosis.

Dokter Sony mengatakan “apabila hal ini terjadi, maka sel-sel kolesterol akan masuk ke sela-sela endotel dan menyebabkan menumpuknya kolesterol dalam pembuluh darah. Serangan jantung terjadi ketika plak aterosklerosis di arteri koroner pecah.  Sehingga paparan PM 2.5 bisa menyebabkan inisiator aterosklerosis dan trigger sindrom koroner akut” jelasnya.

Di akhir dokter Sony memberikan rekomendasi udara bersih untuk kesehatan jantung untuk individu yang dapat dilakukan dengan menggunakan masker dan menggunakan air purfier dalam ruangan, hindari berkendaraan atau berpergian saat rush hour, dan melakukan diet sehat.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan jumlah peserta lebih dari 300 orang, terdiri dari remaja, orangtua, dan lain-lain. Forum ini membuat beberapa penyimak dari berbagai provinsi di Indonesia turut menghadirinya. RSUI berharap kegiatan Seminar Awam Bicara Sehat Virtual ini dapat terus hadir sebagai salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas. Untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan seminar Bicara Sehat selanjutnya dapat dipantau melalui website dan media sosial RSUI. Sampai bertemu kembali di ajang berikutnya!

Lampiran Berita Terkait: